Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut pada Jumat (3/4) bahwa dirinya masih tetap menjalani isolasi mandiri akibat gejala ringan COVID-19, sepekan setelah dia dinyatakan positif terpapar virus corona.
Sementara di tengah wabah ini, Ratu Elizabeth II tengah bersiap untuk menyampaikan pidato publik pada Minggu (5/4) esok, menurut keterangan Istana Buckingham, dan itu akan menjadi pidato publik kelima yang dilakukan oleh ratu selama 68 tahun menduduki tahta kerajaan Britania Raya.
Mendekati akhir masa karantina wilayah selama dua pekan yang diterapkan pemerintah Inggris, kasus COVID-19 baru harian di negara itu melonjak tajam. Data per 3 April, kasus infeksi naik 4.450 dari hari sebelumnya sehingga total mencapai 38.168 kasus.
Dalam catatan waktu yang sama, sebanyak 684 kasus berujung kematian terjadi, sehingga kini total pasien meninggal dunia akibat virus yang menginfeksi saluran pernapasan itu menjadi 3.605 orang.
Dari kediamannya di Downing Street, Boris Johnson sendiri menyampaikan hal terkait isolasi dirinya melalui unggahan video di media sosial Twitter.
"Meskipun saya sudah merasa agak baik dan sudah menjalankan isolasi selama tujuh hari, sayangnya saya masih mengalami salah satu gejala, yang sebetulnya minor, yaitu demam," kata Johnson.
"Jadi, sesuai dengan anjuran pemerintah, saya harus melanjutkan isolasi mandiri ini sampai gejala tersebut hilang," ucap dia menambahkan. Johnson adalah pemimpin negara pertama di dunia yang didiagnosis terpapar virus corona.
Awalnya Johnson melakukan pendekatan yang relatif tidak agresif terhadap wabah COVID-19, jika dibandingkan dengan pemimpin negara-negara Eropa lain. Namun, dia kemudian berubah haluan ketika muncul proyeksi seperempat juta orang di Inggris bisa meninggal dunia akibat penyakit itu.
"Saya mohon, mohon untuk tetap menjalankan panduan yang diberikan," kata Johnson dalam video yang sama.
Baca juga: Trump batalkan "lockdown" New York, korban tewas corona lampaui 2.000
Baca juga: Kasus COVID-19 Prancis tembus angka 4.000 kematian
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Sementara di tengah wabah ini, Ratu Elizabeth II tengah bersiap untuk menyampaikan pidato publik pada Minggu (5/4) esok, menurut keterangan Istana Buckingham, dan itu akan menjadi pidato publik kelima yang dilakukan oleh ratu selama 68 tahun menduduki tahta kerajaan Britania Raya.
Mendekati akhir masa karantina wilayah selama dua pekan yang diterapkan pemerintah Inggris, kasus COVID-19 baru harian di negara itu melonjak tajam. Data per 3 April, kasus infeksi naik 4.450 dari hari sebelumnya sehingga total mencapai 38.168 kasus.
Dalam catatan waktu yang sama, sebanyak 684 kasus berujung kematian terjadi, sehingga kini total pasien meninggal dunia akibat virus yang menginfeksi saluran pernapasan itu menjadi 3.605 orang.
Dari kediamannya di Downing Street, Boris Johnson sendiri menyampaikan hal terkait isolasi dirinya melalui unggahan video di media sosial Twitter.
"Meskipun saya sudah merasa agak baik dan sudah menjalankan isolasi selama tujuh hari, sayangnya saya masih mengalami salah satu gejala, yang sebetulnya minor, yaitu demam," kata Johnson.
"Jadi, sesuai dengan anjuran pemerintah, saya harus melanjutkan isolasi mandiri ini sampai gejala tersebut hilang," ucap dia menambahkan. Johnson adalah pemimpin negara pertama di dunia yang didiagnosis terpapar virus corona.
Awalnya Johnson melakukan pendekatan yang relatif tidak agresif terhadap wabah COVID-19, jika dibandingkan dengan pemimpin negara-negara Eropa lain. Namun, dia kemudian berubah haluan ketika muncul proyeksi seperempat juta orang di Inggris bisa meninggal dunia akibat penyakit itu.
"Saya mohon, mohon untuk tetap menjalankan panduan yang diberikan," kata Johnson dalam video yang sama.
Baca juga: Trump batalkan "lockdown" New York, korban tewas corona lampaui 2.000
Baca juga: Kasus COVID-19 Prancis tembus angka 4.000 kematian
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020