Italia menjadi negara dengan jumlah penderita virus corona terbesar di Eropa bahkan kedua di dunia setelah Tiongkok dengan 21.157 kasus dan 1.441 korban tewas per Senin (16/3) dilansir dari situs World Health Organization (WHO).

Bahkan pemerintah Italia melalui Kepala Layanan Perlingungan Sipil Angelo Borelli pada Minggu, seperti dirilis AFP, mencatatkan rekor jumlah penderita dan kematian dalam 24 jam akibat virus corona dengan 3.950 kasus dan 398 korban tewas.

Melonjaknya jumlah penderita virus corona di Italia tidak terlepas dari adanya super spreader atau sebutan bagi orang yang menyebabkan orang lain sakit dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya.

Apabila biasanya seorang penderita biasa menularkan penyakit ini pada 2-3 orang saja, namun super spreader bisa menularkannya kepada sepuluh orang atau lebih.

Di Italia seorang pelari maraton yang dikenal sebutan Mattia menularkan penyakit ini ke 13 orang termasuk istrinya yang sedang hamil bernama Valentina, kemudian dua dokter, tiga pengunjung bar, dan perempuan berusia 77 tahun yang akhirnya tewas akibat virus ini, dikutip dari Daily Mail.

Pasien pertama di Provinsi Lombardia, Italia ini diketahui baru saja bertemu dengan rekannya yang baru berpulang dari Tiongkok pada 21 Januari 2020.

Mattia baru mengalami gejala sakit seperti flu pada 15 Februari dan menyegerakan untuk pergi ke rumah sakit di daerah Codogno, Lombardia.

Dokter yang memeriksa Mattia saat itu belum menyadari bahwa ia mengalami gejala virus corona tersebut sehingga hanya memberikan resep obat flu dan menyuruhnya untuk beristirahat di rumah.

Dokter pun berasumsi bahwa Mattia tidak pernah pergi ke Tiongkok di mana pandemi tersebut merebak sehingga tidak diadakan penanganan yang lebih serius.

Mattia juga sempat kembali ke rumah sakit pada 16 dan 18 Februari karena merasa penyakitnya semakin parah namun hanya diberikan resep obat flu serta diminta untuk istirahat di rumah seperti pemeriksaan pertama pada 15 Februari.

Hingga akhirnya Mattia terbangun karena kesulitan bernapas pada 19 Februari pukul tiga pagi waktu setempat sehingga Valentina sesegera mungkin mengantarkannya ke rumah sakit. Saat itu tim dokter melakukan pemeriksaan kepada Mattia selama kurang lebih 36 jam.

Selama jangka waktu 36 jam tersebut, rumah sakit masih mengizinkan rekan dan keluarganya untuk menengok tanpa pakaian dan pelindung yang aman dari penularan.

Kemudian setelah melalui pemeriksaan yang panjang, Mattia baru divonis mengalami penyakit virus corona.

Setelah penemuan pertama di Lombardia yang terletak di ujung utara Italia, virus ini terus merebak di hingga meliputi daerah Sisilia dan Puglia di ujung selatan.

Kini pemerintah Italia telah menerapkan lockdown atau isolasi seluruh negara sehingga harus menutup tempat publik seperti sekolah, museum, bioskop, dan bahkan melarang berkerumun di tempat publik.

Diperkirakan, pasien yang terinfeksi di Italia telah menularkan penyakit ini ke beberapa orang di negara lain seperti Austria, Kroasia, Swiss, Jerman, Perancis, Yunan, Makedonia Utara, Spanyol, Aljazair, hingga Brazil.

Merebaknya penyebaran virus ini di Italia tentu akan bisa diawasi dan ditangani apabila tim dokter bisa lebih serius dalam menangani Mattia, khususnya pendalaman pemeriksaan tentang gejala penyakit yang ia alami.

Perdana Menteri Italia Guiseppe Conte hingga saat ini masih menyalahkan penyebaran masif virus ini kepada rumah sakit yang tidak disebutkan namanya dan otoritas kesehatan Codogno yang tidak sigap pada pemeriksaan Mattia sejak awal ia mengeluhkan penyakitnya.

Baca juga: Federasi Sepak Bola Italia minta turnamen Euro 2020 ditunda

Baca juga: Dokter-dokter Serie A minta latihan klub juga dihentikan


 

Pewarta: Erlangga Pratama

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020