Belanda mendukung Indonesia untuk memproduksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan, di mana hal tersebut diwujudkan dalam penandatanganan nota kesepahaman Pemerintah Belanda untuk melaksanakan program peningkatan pengetahuan dan teknologi para petani sawit di Indonesia.
“Itulah tujuan yang ingin kami capai, bekerja sama dengan petani untuk meningkatkan pengetahuan dan teknologi mereka, mengajarkan mereka dan membuat mereka menghasilkan sawit secara berkelanjutan,” kata Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Belanda Sigrid Kaag kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Program tersebut, lanjut Kaag, setidaknya dapat membantu Indonesia mengatasi masalah deforestasi dan emisi karbon yang kemungkinan terjadi bersamaan dengan saat memproduksi minyak kelapa sawit.
Hal tersebut tentu perlu dibangun dengan kesadaran tentang pembangunan keberlanjutan, mengingat minyak kelapa sawit masih menjadi komoditi ekspor utama bagi Indonesia, termasuk saat bertransformasi menuju ekonomi baru.
“Jadi, saya percaya pada pendekatan transformatif dan itulah sebabnya kami menandatangani kontrak tahun lalu. Saya berharap ada kemajuan untuk program ini agar ditingkatkan,” ungkap Kaag.
Skala dari program itu sendiri dinilai masih sangat kecil untuk mencakup seluruh petani sawit di Indonesia, untuk itu Kaag mendorong pihak lain, termasuk Pemerintah Indonesia, untuk memperbesar ruang lingkup untuk melaksanakan program serupa.
“itu bisa sangat menarik. Tetapi, bisa jadi hal tersebut yang dinginkan dari Pemerintah Uni Eropa,” kata Kaag.
Belanda sendiri mengimpor 25 persen minyak sawitnya untuk sebagian besar diproses kemudian diekspor kembali.
Program ini, tambah Kaag, memberikan konsep bagaimana produksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan secara berkelanjutan.
“Saya akan mendorong teman-teman di Asian Development Bank, investor besar lainnya agar dapat melihat program ini untuk dipercepat dan tentu saja dilakukan di daerah lain,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020