PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia berupaya membebaskan generasi muda di Indonesia untuk tidak menjadi "sandwich generation" dan untuk memotong hal tersebut Manulife telah menyiapkan sebuah 'jurus' yakni MiFuture Income Protector (MiFIP).
"Dampaknya apa jika kita tidak menyiapkan atau punya perlindungan di hari tua. Sementara biaya kesehatan tiap tahun melonjak, memasuki usia senja kesehatan menurun. Itu semua membuat anak jadi sandwich generation yakni membiaya diri sendiri dan orang tua atau saudaranya," kata Head of Brand Product Campaign and Creative Manulife Indonesia Henry Widagdo, di Bandung, Kamis.
Dia menuturkan saat ini masih banyak sandwich generation di mana kalangan kelas menengah masih dihadapkan persoalan menanggung kebutuhan orangtua mereka dan keluarganya sendiri yakni istri dan anak-anak.
Terlebih berdasarkan data OJK, hanya 13,5 juta pekerja atau sekitar 27 persen dari 50 juta pekerja formal di Indonesia yang memiliki program pensiun.
"Oleh karena itu, kami menawarkan solusi melalui produk MiFIP. Kami ingin memutus mata rantai generasi sandwich. Karena nasabah bisa menyiapkan hari tua dengan lebih baik, tanpa membebani anak mereka," kata dia.
Henry mengatakan berdasarkan riset Boston Consulting Group diketahui pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia akan meningkat 64 persen dari 2012 hingga 2020, yakni dari 41,6 juta jiwa menjadi 68,2 juta jiwa.
Dan jika merujuk pada data Manulife Investor Sentiment Index (MISI) pada 2017, kata dia sebagian besar masyarakat Indonesia mengaku optimistis terhadap kehidupan mereka pada hari tua mereka.
"Jadi mereka memiliki ekspektasi memiliki 57 persen lebih baik dari gaya hidup saat ini. Dan di satu sisi lainnya hanya 19 persen investor yang khawatir akan kehabisan uang pada masa pensiun nanti," ujarnya.
Menurut dia mayoritas investor hanya dapat menyiapkan dana pensiun kurang dari Rp100 juta dan uang sejumlah itu akan habis dalam dua hingga tiga tahun jika rata-rata pengeluaran Rp4 juta per bulan.
Dia menilai pertumbuhan kelas menengah menjadi kesempatan bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan penetrasi, terlebih, dilihat dari penelitian tersebut optimisme menghadapi masa tua namun tidak didukung persiapan finansial yang matang.
Sementara itu, Head of Product Manulife Indonesia Richard Azarya ondakh mengatakan melalui MiFIP pihaknya ingin memudahkan hidup nasabah agar tidak menanggung beban yang sama pada masa pensiun.
"Sandwich generation ini masih bisa diperbaiki. Diharapkan nantinya tidak lagi membebani anak," kata dia.
Richard mengatakam produk terbaru mereka ini memberikan manfaat hingga enam kali jumlah premi yang dibayarkan sehingga nasabah siap menghadapi hari tua.
"Untuk pembayaran premi pun bisa disesuaikan dengan keinginan nasabah. Bisa sekali bayar atau berlangsung selama lima tahun. Selama lima tahun pun bisa bulanan, triwulan, kwartal, per semester atau tahunan. Tergantung keinginan nasabah," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Dampaknya apa jika kita tidak menyiapkan atau punya perlindungan di hari tua. Sementara biaya kesehatan tiap tahun melonjak, memasuki usia senja kesehatan menurun. Itu semua membuat anak jadi sandwich generation yakni membiaya diri sendiri dan orang tua atau saudaranya," kata Head of Brand Product Campaign and Creative Manulife Indonesia Henry Widagdo, di Bandung, Kamis.
Dia menuturkan saat ini masih banyak sandwich generation di mana kalangan kelas menengah masih dihadapkan persoalan menanggung kebutuhan orangtua mereka dan keluarganya sendiri yakni istri dan anak-anak.
Terlebih berdasarkan data OJK, hanya 13,5 juta pekerja atau sekitar 27 persen dari 50 juta pekerja formal di Indonesia yang memiliki program pensiun.
"Oleh karena itu, kami menawarkan solusi melalui produk MiFIP. Kami ingin memutus mata rantai generasi sandwich. Karena nasabah bisa menyiapkan hari tua dengan lebih baik, tanpa membebani anak mereka," kata dia.
Henry mengatakan berdasarkan riset Boston Consulting Group diketahui pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia akan meningkat 64 persen dari 2012 hingga 2020, yakni dari 41,6 juta jiwa menjadi 68,2 juta jiwa.
Dan jika merujuk pada data Manulife Investor Sentiment Index (MISI) pada 2017, kata dia sebagian besar masyarakat Indonesia mengaku optimistis terhadap kehidupan mereka pada hari tua mereka.
"Jadi mereka memiliki ekspektasi memiliki 57 persen lebih baik dari gaya hidup saat ini. Dan di satu sisi lainnya hanya 19 persen investor yang khawatir akan kehabisan uang pada masa pensiun nanti," ujarnya.
Menurut dia mayoritas investor hanya dapat menyiapkan dana pensiun kurang dari Rp100 juta dan uang sejumlah itu akan habis dalam dua hingga tiga tahun jika rata-rata pengeluaran Rp4 juta per bulan.
Dia menilai pertumbuhan kelas menengah menjadi kesempatan bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan penetrasi, terlebih, dilihat dari penelitian tersebut optimisme menghadapi masa tua namun tidak didukung persiapan finansial yang matang.
Sementara itu, Head of Product Manulife Indonesia Richard Azarya ondakh mengatakan melalui MiFIP pihaknya ingin memudahkan hidup nasabah agar tidak menanggung beban yang sama pada masa pensiun.
"Sandwich generation ini masih bisa diperbaiki. Diharapkan nantinya tidak lagi membebani anak," kata dia.
Richard mengatakam produk terbaru mereka ini memberikan manfaat hingga enam kali jumlah premi yang dibayarkan sehingga nasabah siap menghadapi hari tua.
"Untuk pembayaran premi pun bisa disesuaikan dengan keinginan nasabah. Bisa sekali bayar atau berlangsung selama lima tahun. Selama lima tahun pun bisa bulanan, triwulan, kwartal, per semester atau tahunan. Tergantung keinginan nasabah," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019