Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar akan membentuk pusat digital desa di sekitar 5.000 desa untuk membantu memasarkan produk kreatif.
"Di Jabar itu ada satu pesantren yang berhasil membuat produk sabun. Dan setelah di pasarkan secara online sabun itu, ternyata responnya bagus banget. Sabun itu menjadi sangat laku setelah dijual secara online. Makanya ke depan kita akan bentukan pusat digital desa," kata Gubernur Emil pada acara Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) yang digelar forum Indonesia Creative Cities Network (ICCN), di Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis.
Di hadapan peserta konferensi ekonomi kreatif, Gubernur Emil mengatakan bahwa sebelum menjadi kepala daerah dirinya juga salah seorang pelaku ekonomi kreatif yang bergerak di bidang arsitek.
Dia menuturkan berbagai karya visual telah diciptakannya sebagai bangunan ikonik berupa masjid, perkantoran dan lain-lain.
Selain itu, lanjut Gubernur Emil, Pemprov Jabar juga sedang gencar membangun Gedung Creative Center (Creative Hub), di sejumlah kota/kabupaten Jawa Barat.
Menurut dia untuk tahun 2019 ini, creative hub sedang dibangun di Kota Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Cirebon, Tasikmalaya, dan Kabupaten Purwakarta.
"Dan Insya Allah pada tahun 2020 nanti creative hub akan dibangun di Kota Cimahi, Depok, Sukabumi, dan Kabupaten Bandung, Garut, Majalengka, dan Sumedang," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan Pemprov Jabar juga akan membentuk bekraf daerah mulai di tingkat Provinsi, hingga Kota/ Kabupaten hingga nantinya bekraf di daerah dapat menopang Bekraf Pusat untuk menunjang kemajuan nasional.
"Itu saya belanjakan satu daerah Rp20 sampai 30 miliar untuk anak muda berkumpul di Creative Hub. Semoga 27 daerah punya satu Creative Center karena, anak muda harus dibikin sibuk yang positif, yang seneng film bikin film, musik silahkan," kata Emil.
Sementara itu, Ketua Umum ICCN, Fiki Satari menambahkan pihaknya mencoba hadir sebagai jejaring silaturahmi forum lintas komunitas yang ingin memperjuangkan bagaimana seluruh kota/kabupaten di Indonesia membangun dengan identitas khasnya berkenaan dengan potensi kreatif.
Dia mengatakan untuk membangun kota/ kabupaten kreatif didasarkan pada 10 nilai prinsip seperti kota yang menjunjung keragaman sosial budaya, inklusif, melindungi HAM, memuliakan kreativitas, tumbuh bersama lingkungan yang lestari, memelihara kearifan sejarah, transparan, adil dan jujur, memenuhi kebutuhan dasar, memanfaatkan energi terbarukan, dan menyediakan fasilitas umum yang layak bagi masyarakat.
"Hal ini dilakukan untuk tujuan kesejahteraan warga, kemerataan ekonomi, penyelesaian masalah keseharian," kata Fiki.
Ia mengatakan berbicara ekonomi kreatif ternyata bukan hanya soal 16 sub -sektor, ekonomi kreatif seperti, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fashion, Film, Animasi, dan Video, Fotografi, Teknologi, inovasi media, seni budaya dan lain sebagainya.
Akan tetapi seluruh potensi di sub -sektor, juga ditunjang 16.000 pulau, 1.300 tradisi, 700 bahasa, yang dimiliki oleh Indonesia.
"Jadi keberagaman termanifestasi, secara kolektif, kita harus wujudkan Indonesia kreatif," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan berdasarkan data BPS ada 8,2 juta jumlah usaha ekonomi kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia dan 60 persennya ada di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, kata dia, melalui komunitas jejaring yang diketuainya maka pihaknya berupaya mendorong wilayah lainnya di Indonesia untuk juga berkembang di sektor kreatif.
"Untuk rumus pengembangan wilayah kreatif, dengan pentahelix, yang melibatkan Pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas, dan media," ujar dia.
Baca juga: Pendekatan Pentahelix upaya wujudkan Jabar sebagai Provinsi Digital
Baca juga: Menpar resmikan Pasar Wisata Digital Situ Cangkuang Kabupaten Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Di Jabar itu ada satu pesantren yang berhasil membuat produk sabun. Dan setelah di pasarkan secara online sabun itu, ternyata responnya bagus banget. Sabun itu menjadi sangat laku setelah dijual secara online. Makanya ke depan kita akan bentukan pusat digital desa," kata Gubernur Emil pada acara Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) yang digelar forum Indonesia Creative Cities Network (ICCN), di Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis.
Di hadapan peserta konferensi ekonomi kreatif, Gubernur Emil mengatakan bahwa sebelum menjadi kepala daerah dirinya juga salah seorang pelaku ekonomi kreatif yang bergerak di bidang arsitek.
Dia menuturkan berbagai karya visual telah diciptakannya sebagai bangunan ikonik berupa masjid, perkantoran dan lain-lain.
Selain itu, lanjut Gubernur Emil, Pemprov Jabar juga sedang gencar membangun Gedung Creative Center (Creative Hub), di sejumlah kota/kabupaten Jawa Barat.
Menurut dia untuk tahun 2019 ini, creative hub sedang dibangun di Kota Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Cirebon, Tasikmalaya, dan Kabupaten Purwakarta.
"Dan Insya Allah pada tahun 2020 nanti creative hub akan dibangun di Kota Cimahi, Depok, Sukabumi, dan Kabupaten Bandung, Garut, Majalengka, dan Sumedang," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan Pemprov Jabar juga akan membentuk bekraf daerah mulai di tingkat Provinsi, hingga Kota/ Kabupaten hingga nantinya bekraf di daerah dapat menopang Bekraf Pusat untuk menunjang kemajuan nasional.
"Itu saya belanjakan satu daerah Rp20 sampai 30 miliar untuk anak muda berkumpul di Creative Hub. Semoga 27 daerah punya satu Creative Center karena, anak muda harus dibikin sibuk yang positif, yang seneng film bikin film, musik silahkan," kata Emil.
Sementara itu, Ketua Umum ICCN, Fiki Satari menambahkan pihaknya mencoba hadir sebagai jejaring silaturahmi forum lintas komunitas yang ingin memperjuangkan bagaimana seluruh kota/kabupaten di Indonesia membangun dengan identitas khasnya berkenaan dengan potensi kreatif.
Dia mengatakan untuk membangun kota/ kabupaten kreatif didasarkan pada 10 nilai prinsip seperti kota yang menjunjung keragaman sosial budaya, inklusif, melindungi HAM, memuliakan kreativitas, tumbuh bersama lingkungan yang lestari, memelihara kearifan sejarah, transparan, adil dan jujur, memenuhi kebutuhan dasar, memanfaatkan energi terbarukan, dan menyediakan fasilitas umum yang layak bagi masyarakat.
"Hal ini dilakukan untuk tujuan kesejahteraan warga, kemerataan ekonomi, penyelesaian masalah keseharian," kata Fiki.
Ia mengatakan berbicara ekonomi kreatif ternyata bukan hanya soal 16 sub -sektor, ekonomi kreatif seperti, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fashion, Film, Animasi, dan Video, Fotografi, Teknologi, inovasi media, seni budaya dan lain sebagainya.
Akan tetapi seluruh potensi di sub -sektor, juga ditunjang 16.000 pulau, 1.300 tradisi, 700 bahasa, yang dimiliki oleh Indonesia.
"Jadi keberagaman termanifestasi, secara kolektif, kita harus wujudkan Indonesia kreatif," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan berdasarkan data BPS ada 8,2 juta jumlah usaha ekonomi kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia dan 60 persennya ada di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, kata dia, melalui komunitas jejaring yang diketuainya maka pihaknya berupaya mendorong wilayah lainnya di Indonesia untuk juga berkembang di sektor kreatif.
"Untuk rumus pengembangan wilayah kreatif, dengan pentahelix, yang melibatkan Pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas, dan media," ujar dia.
Baca juga: Pendekatan Pentahelix upaya wujudkan Jabar sebagai Provinsi Digital
Baca juga: Menpar resmikan Pasar Wisata Digital Situ Cangkuang Kabupaten Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019