Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Samsul Widodo, mengatakan hasil kerja sama dalam proyek percontohan Aksi Cegah Stunting (kekerdilan) di Pandeglang menjadi bekal sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan kekerdilan secara nyata dan strategis di 19 kabupaten di Jawa Timur.

"Dengan cerita kesuksesan pencegahan kekerdilan di Kabupaten Pandeglang, salah satu daerah tertinggal, kegiatan pencegahan kekerdilan ini bisa diikuti daerah-daerah lainnya," kata Samsul dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Pencegahan kekerdilan, salah satunya bisa dilakukan dengan adanya komitmen pemerintah daerah terkait penggunaan APBD dan dana desa yang difokuskan untuk pencegahan kekerdilan. Pencegahan penting dilakukan untuk memperbaiki tumbuh kembang serta tingkat intelektual generasi penerus bangsa.

“Selain sosialisasi, pembahasan mencakup membangun komitmen dari masing-masing kepala daerah dan dinas terkait, termasuk dalam pemanfaatan APBD dan Dana Desa secara efektif dalam penanganannya di masing-masing daerah,” kata Samsul ketika membuka acara Sosialisasi Inovasi Intervensi Aksi Cegah Stunting di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, menyampaikan, pemerintah Provinsi Jawa Timur akan melakukan langkah konkret dengan mengumpulkan instansi terkait, dan menindaklanjutinya berdasarkan pengalaman di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang. Sehingga pencegahan dan penanganan kekerdilan dapat cepat dan tepat sasaran di wilayah Jawa Timur.

“Orang tua juga harus memberikan atensi terkait kekerdilan dan desa diberikan dorongan, serta Ditjen PDT diharapkan memberikan sinergi untuk program pencegahan ini,” kata Emil.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi jawa Timur Vitria Dewi, menambahkan, Jawa Timur merupakan provinsi besar, dengan penduduk mencapai 40 juta jiwa, banyak kabupaten belum terbebas dari kekerdilan.

Pemprov Jawa Timur sebenarnya telah melakukan pencegahan. Di antaranya melakukan edukasi dengan pola kultur yang menarik, sehingga yang disampaikan kepada masyarakat bukan hanya sekedar teori tetapi juga dapat dilaksanakan dengan baik.

Hal itu penting dilakukan. Apalagi kekerdilan adalah penyakit permanen dan irreversible atau tidak bisa diperbaiki jika anak sudah melewati usia dua tahun.

"Kekerdilan atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat malnutrisi kronik masih menjadi tantangan di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, dimana prevalensi balita kerdil masih berada di angka yang tinggi, yaitu 26,2 persen," ujar Tim Dokter Spesialis Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Damayanti R Sjarif.*

Baca juga: Program percepatan pencegahan "stunting" diluncurkan Pemkab Lamongan-Jatim

Baca juga: Opal, cara Kementan bantu atasi Stunting

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019