Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, hampir tidak berubah pada 97,147 setelah menguat 0,35 persen minggu lalu.
Sydney (ANTARA) - Kurs dolar AS mempertahankan kenaikan baru-baru ini pada perdagangan Asia, Senin pagi, karena investor mengurangi sebagian ekspektasi mereka untuk pemotongan suku bunga AS bulan ini dan meningkatnya ketegangan Timur Tengah mendukung penawaran aset-aset safe-haven.

Sementara itu fokus pasar mata uang sebagian besar akan berpusat pada keputusan bank sentral global yang dijadwalkan untuk dua minggu ke depan, investor juga mengawasi setiap perkembangan dalam negosiasi perdagangan AS-China.

Pasar umumnya mengharapkan bank sentral untuk memotong suku bunga atau mempertahankan kebijakan yang akomodatif, dimulai dengan Bank Sentral Eropa (ECB) yang bertemu pada Kamis (25/7/2019) diikuti oleh Bank Sentral Jepang dan Federal Reserve AS minggu depan.

"Serangkaian peristiwa bank sentral dalam beberapa minggu terakhir telah melambungkan ekspektasi moneter," analis di JPMorgan Chase & Co mengatakan dalam sebuah catatan. "Saat kebenaran sekarang sudah dekat karena bank-bank sentral akan dipaksa untuk mengungkap niat kebijakan mereka."

Dolar AS melayang pada level yang dicapai pada Jumat (19/7/2019), sekitar 107,73 yen, tetapi terjebak di tengah kisaran 107-109 yang telah diperdagangkan selama sebulan.

Baca juga: Pasukan Iran sita tanker minyak berbendera Inggris

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, hampir tidak berubah pada 97,147 setelah menguat 0,35 persen minggu lalu.

Euro datar di 1,1217 dolar, setelah menurun 0,4 persen minggu lalu.

Konfrontasi di jalur laut perdagangan minyak global yang paling penting telah meningkat dengan rekaman yang memperlihatkan militer Iran menentang kapal perang Inggris ketika kapal tanker itu ditangkap di Selat Hormuz pada Jumat (19/7/2019)

Peristiwa itu mengangkat harga minyak dan menjaga dolar AS dekat posisi terakhir setelah perdagangan yang tidak stabil pada Jumat (19/7/2019) ketika Federal Reserve New York menarik kembali komentar dovish dari presidennya.

"Posisi Fed membantu penguatan dolar AS," kata ahli strategi bank ANZ Sandeep Parekh dalam sebuah catatan pada Senin pagi. "Meningkatnya ketegangan di Teluk Persia cenderung membebani sentimen risiko dalam waktu dekat."

Presiden Fed New York John Williams pekan lalu mengirim dolar jatuh setelah pidato yang mana ia berpendapat untuk stimulus pre-emptive.

Tetapi klarifikasi berikutnya bahwa pernyataannya bersifat akademis dan "bukan tentang tindakan kebijakan potensial" menghancurkan harapan untuk penurunan suku bunga 50 basis poin pada akhir bulan dan mengangkat mata uang kembali lebih tinggi.

Baca juga: Trump: AS akan berbicara dengan Inggris soal penyitaan tanker

Ekspektasi untuk penurunan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan The Fed 30-31 Juli naik tipis pada Senin mencapai 14,5 persen, menurut alat FedWatch CME, jatuh dari setinggi 71 persen minggu lalu.

Pasar masih melihatnya sebagai suatu kepastian bahwa Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan tersebut.

Di Asia, fokus investor tetap pada China karena Beijing dan Washington berusaha untuk mengakhiri perang dagang yang berkepanjangan. Sebuah laporan pada akhir pekan oleh kantor berita resmi China Xinhua menyatakan beberapa perusahaan lokal berusaha untuk membeli produk pertanian AS, yang dilihat oleh beberapa orang sebagai tanda kemungkinan kemajuan.

Di tempat lain, investor menunggu untuk melihat apakah Boris Johnson akan memenangkan pemungutan suara kepemimpinan Partai Konservatif Inggris. Pound bertahan di sekitar 1,2507, bertahan di lereng yang licin sejak pertengahan Maret sebagian besar akibat ketidakpastian politik di negara itu.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019