Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Marianus Kleden mengemukakan, Visi Indonesia 2024 yang disampaikan Presiden Joko Widodo harus dipahami secara menyeluruh.

"Ada yang mengritik pidato Jokowi sebagai kurang visioner, dalam arti Jokowi tidak merumuskan secara tegas sosok Indonesia macam apakah yang akan tercapai setelah lima tahun dan itu terlalu berlebihan," kata Marianus Kleden kepada Antara di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin terkait kritik terhadap Visi Indonesia 2024.

Menurut dia, secara ringkas ada lima poin yang mendapat penekanan dari Jokowi, yaitu infrastruktur, SDM, investasi, birokrasi dan APBN.

"Saya pikir, secara implisit Jokowi mengatakan bahwa walaupun secara teknis kelima hal ini merupakan cara mencapai visi, namun kelima hal itu sekaligus menjadi visi itu sendiri," katanya.

Baca juga: Tanggapi pidato Jokowi, Apindo: Tingkatkan SDM ekonomi kerakyatan
Baca juga: Jokowi akan "hajar" birokrasi yang menghambat
Baca juga: Akademisi: Pidato politik Jokowi memberi rasa optimisme


Menurut dia, Indonesia 2024 adalah Indonesia yang mempunyai SDM yang berkualitas, yang tiap-tiap individu di dalam negara mempunyai pekerjaan yang dapat mewujudkan kesejahteraan rumah tangganya karena didukung oleh infrastruktur yang memadai.

"Infrastruktur itu sebagai basis bagi perputaran ekonomi yang difasilitasi oleh birokrasi, yang secara efisien dan efektif menggunakan uang negara bagi perbaikan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat seluruhnya dan tiap-tiap warga secara individu," katanya.

Bagi Dekan Fisip Unwira ini, dalam kondisi optimal Indonesia dapat menjadi salah satu negara terkuat di dunia.

"Frasa terakhir inilah yang diucapkan Jokowi secara eksplisit dan itulah yang menjadi visi Jokowi juga," katanya.

Dalam kaitan ini, dapat disebutkan sebuah indikator menarik akhir-akhir ini, yaitu tampilnya Indonesia sebagai "saudara tua" yang hendak memperhatikan kehidupan negara-negara Pasifik.

Peran ini dulu dimainkan dengan sukses ketika Bung Karno menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika, katanya.

Artinya, lima poin yang menjadi penekanan Jokowi, walaupun secara teknis kelima hal ini merupakan cara mencapai visi, namun kelima hal itu sesungguhnya telah menjadi visi itu sendiri. 


 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019