Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, melemah seiring revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini oleh Bank Dunia dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen

Rupiah melemah 26 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.139 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.113 per dolar AS.

"Perlambatan ekonomi domestik sendiri sudah begitu terasa dalam laporan Badan Pusat Statistik tentang perdagangan internasional. Pada Mei, ekspor terkontraksi alias minus 8,99 persen year-on-year, sementara impor negatif 17,71 persen. Impor yang turun begitu dalam menunjukkan dunia usaha agak menahan diri untuk melakukan ekspansi," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Bank Dunia menilai risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat seiring dengan ketegangan global yang membebani perdagangan dunia.

Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa tumbuh 5,1 persen dan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun depan.

Selain itu, "risk appetite" investor mulai pudar setelah kemarin terangkat oleh prospek damai dagang AS-China. Ternyata "obat kuat" pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir pekan lalu, hanya ampuh sehari, yaitu pada Senin (2/7) kemarin saja, katanya.

"Selepas itu, pasar seakan kembali menginjak bumi. Apalagi kala menyadari bahwa damai dagang yang sesungguhnya, dituangkan dalam hitam di atas putih, masih perlu proses negosiasi panjang," kata Ibrahim.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.124 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.124 per dolar AS hingga Rp14.146 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.140 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.117 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi melemah 16 poin, di atas Rp14.100
Baca juga: Awal pekan, rupiah menguat usai pertemuan Trump dan Xi Jinping
Baca juga: Rupiah menguat pada akhir pekan usai putusan MK

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019