Ini bisa menjadi gambaran bagaimana upaya Indonesia dalam 'biodiversity' dan penanggulangan perubahan iklim dapat terekspose dalam forum dunia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan upaya konservasi terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati di level nasional mencapai 17 persen yang artinya melampaui target global yakni 11 persen.

"Target yang diminta Aichi (Aichi Biodiversity Targets) adalah 11 persen bisa melakukan konservasi terhadap ekosisten," kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK Indra Exploitasia di Jakarta, Jumat.

Artinya, kata dia, Indonesia berhasil melampaui target yang diminta Aichi Biodiversity Targets, yakni target global untuk mengurangi laku kehilangan keanekaragaman hayati.

Hal itu disampaikan Indra saat konferensi pers persiapan Indonesia mengikuti "The 9th Trondheim Conference on Biodiversity" yang akan berlangsung di Trondheim, Norwegia, 2-5 Juli 2019.

Ia mengatakan Indonesia telah meratifikasi CBD (Convention on Biological Diversity) sejak 1994 dengan tiga prinsip penting, yakni konservasi, pemanfaatan berkelanjutan, dan akses untuk mendapatkan sumber daya genetik untuk kepentingan seluruh masyarakat.

"Indonesia kan menerjemahkan (CBD, red.) dengan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020. IBSAP itu kan meng-'inline'-kan antara target Aichi dengan kesepakatan level nasional," katanya.

Melalui IBSAP, kata dia, target yang diminta Aichi secara global bisa disepakati di level nasional dan harus dicapai hingga 2020.
Setelah 2020, negara-negara yang meratifikasi CBD harus menerjemahkan target-target baru.

Ia mengatakan forum di Trondheim itu sebenarnya menjadi persiapan konvensi CBD yang akan berlangsung di China pada 2020 untuk penetapan target-target baru pelestarian keanekaragaman hayati.

Oleh karena itu, kata dia, forum tersebut menjadi strategis karena Indonesia mencoba menjadi pelopor bagaimana "biodiversity" tetap lestari dan apa yang dilakukan Indonesia bisa menjadi pembelajaran semua negara.

Nantinya, kata dia, negara-negara yang hadir dalam forum itu akan membicarakan rencana target ke depan pada 2030 atau 2050 terkait dengan konsep "biodiversity" yang akan dilakukan.

Sekretaris Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Hery Subagiadi menyebutkan forum di Trondheim itu penting dan strategis.

"Pada 'high level meeting', dihadiri menteri-menteri semua. Ada dari Kanada, China, Kolombia, Kosta Rika, Prancis, Jerman, Inggris, dan Uganda," katanya.

Artinya, kata dia, negara-negara yang hadir penting dan strategis dalam kaitannya dengan persoalan perubahan iklim dan pelestarian keanekaragaman hayati.

"Ini bisa menjadi gambaran bagaimana upaya Indonesia dalam 'biodiversity' dan penanggulangan perubahan iklim dapat terekspose dalam forum dunia," katanya.

Baca juga: Keanekaragaman hayati Indonesia terbesar di dunia
Baca juga: Keanekaragaman hayati terhubung dengan akar tradisi
Baca juga: LIPI bukukan aneka flora di relief Borobudur

 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019