Walaupun memang mungkin ada beberapa klinik atau rumah sakit bilang kalau defisit, rugi dan segala macam. Tapi secara 'cash flow' atau arus kas)sangat stabil karena BPJS Kesehatan tetap akan menjamin orang yang masuk itu akan terklaim, entah itu tiga
Purwokerto (ANTARA) - Bisnis kesehatan memiliki peluang yang cukup besar pada era Jaminan Kesehatan Nasional-Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (JKN-BPJS) Kesehatan dan revolusi industri 4.0, kata praktisi kesehatan dr Mohamad Ihsan Akbar, MPH.

"Walaupun memang mungkin ada beberapa klinik atau rumah sakit bilang kalau defisit, rugi dan segala macam. Tapi secara 'cash flow' atau arus kas)sangat stabil karena BPJS Kesehatan tetap akan menjamin orang yang masuk itu akan terklaim, entah itu tiga bulan, entah itu enam bulan, 'cash flow'-nya akan stabil, artinya ada penjamin dana," kata Ihsan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.

Akbar mengatakan hal itu usai Seminar Peluang Bisnis Kesehatan di Era JKN dan Revolusi Industri 4.0 yang digelar Penarasa Foundation di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.

Dalam "universal health coverage", kata dia, margin keuntungan klinik atau rumah sakit kemungkinan tidak terlalu tinggi namun arus kasnya (cash flow) jalan terus.

"Itu yang membuat bisnis kesehatan makin lama juga makin potensial," kata dia yang selama ini terlibat dalam manajemen salah satu rumah sakit swasta di Purwokerto.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menginisiasi peluang bisnis berupa #PatunganKlinik, yakni pembangunan klinik kesehatan secara berjamaah.

"Kita percaya, konsep sebuah jamaah itu akan ada pelipatgandaan potensi di mana konsepnya 'confirment' sama dengan 'ability' kali 'mobility. Artinya, 'ability' itu kemampuan, 'skill', 'knowledge', 'attitude' dari masing-masing individu, 'mobility' itu adalah akses, dana, konektivitas, 'power', dan lain-lain. Ketika hasil kali itu disatukan, akan 'powerful' banget," jelasnya.

Selain itu, kata dia, #PatunganKlinik juga didasari oleh kondisi beberapa waktu lalu di mana perusahaan bidang kesehatan maupun usaha lainnya selalu dikuasai oleh kaum kapitalis yang punya dana sehingga bisa melakukan sebuah perubahan besar.

Menurut dia, pihaknya ingin semua masyarakat punya hak yang sama untuk sukses dan semua yang punya dana minim pun bisa menjadi investor atau menjadi pemilik sebuah perusahaan.

"Kita ingin kebermanfaatan ekonomi itu untuk semua, bukan hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu yang punya kapital besar. Tapi masyarakat yang punya uang Rp10 juta, Rp20 juta, itu juga bisa mengakses menjadi seorang 'owner'. Dua konsep itu yang paling mendasar untuk bagaimana kita bisa berkembang bersama," katanya.

Akbar mengatakan #PatunganKlinik saat sekarang sedang merintis pembangunan klinik kesehatan pertamanya yang berlokasi di Desa Silado, Kecamatan Sumbang, Banyumas, yang diproyeksikan dapat berkembang menjadi sebuah rumah sakit.

Menurut dia, konsep "syirkah" atau kerja sama dalam pembangunan klinik tersebut sudah diterapkan di bidang lain, salah satunya "homestay" yang saat sekarang telah berjalan.

"'Syirkah' dalam pembangunan 'homestay' itu sudah berjalan. Kita sudah menerima saham, sekarang bangunannya sudah bisa dilihat, dan itu terbukti efektif serta berkembang. Maka proyek kedua, sekarang di bidang kesehatan, saya sudah pilihkan yang paling efisien, paling efektif, juga potensi untuk berkembang secara finansial, itu klinik utama dan ke depan proyeksinya ketika semua bisa berjalan, Insya Allah menjadi rumah sakit," katanya.

Baca juga: Indonesia pacu penjualan obat dan alat kesehatan di Afrika

Baca juga: Bams eks Samsons ungkap suka duka rintis bisnis kesehatan

Baca juga: Jepang-Indonesia jajaki pengembangan bisnis teknologi kesehatan

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019