Untuk membersihkan batu-batu Candi Borobudur, kini tidak lagi menggunakan bahan kimia, karena dampaknya kurang bagus terhadap lingkungan maupun batu candi
Magelang (ANTARA) - Ratusan pelajar dan komunitas peduli kelestarian cagar budaya membersihkan batu Candi Borobudur dari lumut dan kotoran lain dalam peringatan ke-106 Hari Purbakala di Magelang, Jawa Tengah, Jumat.

Para pelajar dan sejumlah komunitas itu membersihkan batuan candi dengan menggunakan alat sederhana seperti sapu lidi dan kuas agar tidak merusak batuan candi.

Sebelum melakukan pembersihan candi, mereka diberi penjelasan dari petugas Balai Konservasi Borobudur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bagaimana cara membersihkan batu-batu candi yang benar agar tidak merusaknya.

Kepala Balai Konservasi Borobudur, Tri Hartono mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu pembersihan mekanis di mana pembersihan hanya menggunakan alat-alat yang sederhana untuk menanggulangi terutama kotoran-kotoran yang menempel pada batu-batu candi.

Menurut dia metode pembersihan batu candi ada kering, basah, dan menggunakan bahan kimia. Pembersihan dengan bahan kimia ternyata mempunyai dampak negatif pada lingkungan juga pada batu candi.

"Untuk membersihkan batu-batu Candi Borobudur, kini tidak lagi menggunakan bahan kimia, karena dampaknya kurang bagus terhadap lingkungan maupun batu candi," katanya.

Ia menjelaskan pembersihan Candi Borobudur hanya menggunakan metode basah dan kering. Metode basah yakni menggunakan air yang disemprotkan dengan tekanan tertentu.

"Kami tidak lagi menggunakan bahan kimia, metode pembersihan basah dan kering itu ternyata sudah efektif, namun harus dilakukan secara rutin," katanya.

Ia menyampaikan pembersihan candi ini melibatkan pelajar dan komunitas agar mereka mengenal bagaimana cara membersihkan bangunan candi.

"Membersihkan bangunan cagar budaya membutuhkan ketelatenan dan rutinitas sehingga cagar budaya yang kita pelihara itu tetap bisa lestari, kalau kita lupa membersihkan pasti lumut cepat tumbuh di batu-batu candi," katanya.

Ia mengatakan dengan kesadaran tersebut diharapkan para pelajar bisa paham, kemudian dapat mengenalkannya kepada teman-temannya di sekolah dan diharapkan mereka ada kepedulian terhadap cagar budaya.

"Harapan kami mereka bisa berbondong-bondong suatu saat datang ke candi ini secara suka rela untuk menjadi relawan pembersih bangunan candi," demikian Tri Hartono.

Baca juga: PT TWC hadirkan etalase budaya Jawa pada libur Lebaran

Baca juga: Jateng Fair 2019 angkat tema kemegahan Candi Borobudur

Baca juga: Menpar: jumlah kunjungan wisman Borobudur paling kritis dibanding Angkor Wat

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019