Trenton, Kanada (ANTARA) - Lebih dari 10.000 orang telah meninggalkan permukiman di Provinsi Alberta, Kanada, hingga Jumat (31/5) dan ratusan petugas pemadam berjuang untuk menaklukkan di jago merah.

Banyak orang yang mengungsi adalah anggota suku asli dan komunitas Metis dan banyak dari mereka telah kehilangan lebih dari rumah mereka.

"Seperti sepotong roti yang terbakar di sana," kata Blake Desjarlais, anggota Dewan Umum Permukiman Metis, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam. "Seluruh tanah telah jadi arang --jalur perangkap hancur, saluran air hancur, kabin berburu orang, kabin pemancingan, aset ternak (hancur)."

Ada 29 titik api aktif di Alberta pada Jumat, dengan 10 titik tak terkendali.

Sementara itu, di sebelah utara Provinsi Ontario, pesawat militer ketiga dan dua helikopter dikirim pada Jumat untuk membantu mengungsikan orang dari Pikangikum First Nations. Sebelumnya, masyarakat mengumumkan keadaan darurat sebab masyarakat terancam oleh kebakaran hutan seluas 3.000 hektare.

Para peneliti mengatakan perubahan iklim membuat kebakaran sering terjadi di Kanada.

"Kita harus belajar untuk hidup dengan kebakaran," kata Mike Flannigan, seorang profesor kebakaran hutan di University of Alberta, saat ia meramalkan "masa depan yang berasap dan panas" buat musim panas di Kanada.

Sebanyak 3,4 juta hektare lahan dilahap kebakaran hutan pada 2017. Pada April, Laporan Perubahan Iklim Kanada, yang baru, mendapati negeri itu bertambah hangat dua kali lebih tinggi dibandingkan belahan lain dunia.

Baca juga: Kebakaran di British Columbia berpeluang meluas akibat cuaca panas dan kering

Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019