Malang (ANTARA) - Para akademikus dan cendekiawan Muda Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajak tokoh-tokoh agama untuk memainkan peran dalam meminimalkan konflik, ketegangan dan fragmentasi yang terjadi di negeri ini.

Juru bicara Cendekiawan Muda Muhammadiyah (CMM) Pradana Boy di Malang, Jawa Timur, Senin mengemukakan sebagai bangsa yang berpijak dan berpegang teguh kepada agama, agama dan tokoh-tokoh agama diharapkan mampu memainkan perannya dalam meminimalkan berbagai persoalan yang tengah terjadi di Tanah Air.

"Hanya saja, tidak sedikit tokoh agama yang menjadi bagian dari pusaran konflik. Alih-alih menjadi kekuatan perekat bangsa, justru sering mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang tidak agamis," kata Pradana Boy dalam gelaran Seruan Kebangsaan di UMM Dome itu.

Seruan Kebangsaan yang digagas akademikus muda yang tergabung dalam CMM UMM itu dilatarbelakangi keprihatinan mereka atas kondisi bangsa terkini.

Sebagai cendekiawan muda, katanya, CMM prihatin atas gejala politik saat ini. "Mengutip Presiden Sukarno, bahwa persatuan adalah sesuatu yang amat mahal dan terlalu mahal untuk dikorbankan. Sekali persatuan dikorbankan, maka pemulihannya akan sangat lama, bisa ratusan tahun atau justru tak bisa dipulihkan," ujar Pradana.

Pada kesempatan itu Pradana menyayangkan saat ini kebenaran faktual tidak lagi menjadi kebenaran sejati. Sebaliknya, kebenaran telah digantikan dengan pembenaran atas opini, propaganda, pandangan, analisis, atau berita bohong.

Bahkan, kata Pradana, tingkat kepercayaan kepada yang dianggap benar dan bukan kepada kebenaran faktual telah menjadikan wibawa lembaga-lembaga negara yang berkompeten dalam memproduksi informasi pada bidang tertentu, menurun.

"Bahkan, sekarang muncul kecenderungan bahwa lembaga-lembaga negara tak lagi dihormati dan dianggap sebagai bagian dari konspirasi jahat menghancurkan bangsa," tuturnya.

Dalam gelaran Seruan Kebangsaan tersebut, CMM UMM mengeluarkan tiga pernyataan sikap untuk mengingatkan kepada publik.

Tiga pernyataan sikap tersebut adalah menghormati setiap proses demokrasi, memandangnya sebagai mekanisme rutin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan tidak menjadikannya sebagai pemicu fragmentasi dan konflik antaranak bangsa.

Selanjutnya, mereka mengajak tokoh masyarakat dan pemimpin agama untuk menjadi perekat umat, penyejuk situasi dan peredam ketegangan dan mendukung pemerintahan sah saat ini untuk bersikap tegas dan kuat dalam menghadapi setiap upaya memecah belah bangsa.

Seruan Kebangsaan tersebut juga menjadi bagian dari Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2019. (*)

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019