Jakarta (ANTARA) - Kelompok terduga teroris SL (34) jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Bekasi pada akhir pekan kemarin, berencana melakukan aksi saat terjadi kerusuhan masyarakat yang tidak menerima hasil pemilu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Senin, mengatakan SL akan melakukan bom bunuh diri saat terjadi unjuk rasa di Jakarta dengan tujuan menimbulkan kekacauan.

"Dari hasil pemeriksaan tersangka yang pertama kali, si SL itu sebagai pemimpin kelompok itu ngomong, momentum ada people power akan ada kerusuhan massa yang ada di Jakarta itu akan dimanfaatkan sebagai pemicu," tutur Dedi Prasetyo.

Dalam kegiatan unjuk rasa, kelompok SL yang terstruktur disebutnya ingin menyerang personel kepolisian yang melakukan pengamanan serta masyarakat yang sedang berkumpul dalam jumlah banyak.

Semakin banyak korban yang berjatuhan dalam aksi bom bunuh diri yang direncanakan, diperkirakan akan memancing dan memantik emosi masyarakat lebih luas.

Terkait kemungkinan adanya rencana serangan pada saat unjuk rasa di hari pengumuman hasil pemilu pada 22 Mei 2019, Dedi mengatakan hal itu mungkin saja sudah direncanakan.

"Yang jelas kelompok ini memanfaatkan setiap momentum yang ada, ada momentum apa pun dia manfaatkan. (Pada 22 Mei) tidak menutup kemungkinan," kata dia.

Sebelum tertangkap pada Sabtu (4/5), SL sudah dipantau oleh Densus 88 Antiteror sejak 2014 dan diketahui SL telah melakukan berbagai macam rencana serangan, yakni bom Thamrin dan kerusuhan Mako Brimob.

Pada Sabtu (4/5) dan Minggu (5/5) Densus 88 menangkap lima orang terduga teroris di Bekasi dan seorang di Tegal yang merupakan satu kelompok dengan pimpinan SL.

Diketahui kelompok terduga teroris SL telah menyiapkan serangan ke Polsek Jati Asih, Bekasi, dan membuat bom TATP (Triaseton Triperoksida) seperti yang digunakan dalam bom di Surabaya.

Baca juga: Densus 88 tangkap lima terduga teroris di Bekasi

Baca juga: Densus 88 tembak mati terduga teroris di Bekasi

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019