Jakarta (ANTARA) - Petenis Prancis Hugues Pierre-Herbert begitu sedih usai menjalani laganya melawan Fernando Verdasco di Monte Carlo Masters yang berakhir dengan kemenangan.

Pria berusia 28 tahun itu sempat menulis "Notre Dame" di layar kamera salah satu yang merekam jalannya pertandingan, menjadi penanda betapa kehilangannya ia kala Katedral Notre-Dame yang termahsyur di Paris terbakar pada hari Senin.

"Banyak orang Prancis yang terpengaruh dengan apa yang terjadi di Notre-Dame. Kami bangga dengan Paris, dan ketika kita melihat Notre-Dame terbakar dan puncak menara runtuh, itu sangat mengejutkan saya," kata Herbert.

"Aku berkata pada diriku sendiri, jika aku menang, aku ingin mengirim pesan cinta untuk Notre-Dame yang runtuh dan aku sangat terpengaruh pada peristiwa kemarin malam," katanya menambahkan.

Katedral ini selesai hampir 700 tahun yang lalu, dan telah menjadi objek wisata populer bagi banyak orang di seluruh dunia.

Namun, tidak hanya warga Prancis yang terpicu dengan kejadian itu.

Unggulan nomor satu dunia Novak Djokovic melihat berita itu Senin malam dan meski dia belum membicarakannya dengan para pemain asal Prancis, tapi dia sempat membahas tragedi itu bersama timnya.

"Ini salah satu infrastruktur budaya dan keagamaan paling ikonik di Eropa. Cukup mengejutkan melihat itu. Seperti yang saya pahami, saya juga melihat bahwa secara bersamaan, pada saat yang sama di Yerusalem sebuah masjid juga terbakar," kata Djokovic.

"Sungguh menyedihkan melihat bangunan terkenal itu roboh seperti itu. Saya mengirimkan doa-doa saya dan tentu saja harapan terbaik untuk warga Paris, semua orang Prancis. Semoga Notre-Dame akan bangkit kembali," tutur Djokovic.

Sementara itu, petenis nomor dua dunia Rafael Nadal tidak berbicara kepada pers sejak insiden itu, tetapi dia berbagi dukungannya melalui media sosial pada Senin malam.

"Saya tidur dengan rasa terkejut usai melihat gambar kejadian di Paris. Semua dukungan saya untuk semua orang Paris dan Prancis," tulis Nadal di akun Twitternya.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019