Dhaka, Bangladesh (ANTARA) - Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ingin memainkan peran penting dalam pemulangan pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh, kata seorang menteri pada Rabu larut malam (3/4).

"Thailand adalah ketua ASEAN saat ini. Mereka ingin memainkan peran dalam pemulangan pengungsi Rohingya," kata Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen dalam satu taklimat setelah pertemuan dengan timpalannya dari Thailand Don Pramudwinai di Dhaka, kata media lokal.

Pramudwinai telah memberitahu pemerintah Bangladesh bahwa Thailand telah mengirim satu delegasi untuk mengunjungi beberapa desa di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Tapi Abdul Momen menuduh pemerintah Myanmar menerima delegasi asing ke berbagai desa yang tidak rusak selama kemelut, kata harian New Age.

Saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai usul Bangladesh untuk menciptakan "zona aman" di Rakhine buat warga Muslim Rohingya, Abdul Momen mengatakan Pramudwinai setuju dengan gagasan tersebut tapi ingin menggunakan kata-kata lain sebab "zona aman" memiliki konotasi tertentu dan sebagian pihak tak bersedia menyepakati itu, tambah laporan tersebut.

Menteri Thailand itu tidak menghadiri taklimat tersebut.

Pramudwinai mengatakan ASEAN ingin menciptakan suasana seperti itu di Myanmar, tempat warga Muslim Rohingya merasa alam untuk pulang, kata Abdul Momen.

Warga Muslim Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi kekhawatiran yang meningkat mengenai serangan sejak puluhan orang tewas dalam bentrokan antar-masyarakat pada 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan perempuan dan anak kecil, telah menyelamatkan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penindasan terhadap masyarakat minoritas Muslim Rohingya pada Agustus 2017.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah tewas oleh pasukan pemerintah Myanmar, kata satu laporan dari Lembaga Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).

Lebih dari 34.000 Muslim Rohingya juga dilempar ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 orang lagi dipukuli, kata laporan itu --yang berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Diceritakan".

Sebanyak 18.000 perempuan dan anak perempuan Rohingya telah diperkosa oleh polisi dan militer Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah orang Rohingya dibakar dan 113.000 rumah lagi dirusak, tambah laporan tersebut.

PBB juga telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan --termasuk bayi dan anak kecil-- dan pemukulan brutal serta penghilangan oleh pasukan negara Myanmar.

Di dalam satu laporan, para penyelidik PBB mengatakan pelanggaran semacam itu mungkin bisa menjadi kejahatan terhadap umat manusia dan pemusnahan suku secara sengaja.

Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: Menteri: Bangladesh akan pindahkan pengungsi ke pulau pada April
Baca juga: Utusan PBB: situasi di Myanmar harus diserahkan ke ICC

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019