Tunis (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas, selama pidatonya pada Pertemuan Tingkat Tinggi Arab Ke-30 di Ibu Kota Tunisia, Tunis, menekankan bahwa kepentingan dan impian rakyat Palestina mengenai kebebasan dan kemerdekaan harus dilindungi.

"Kita tak bisa lagi menanggung atau hidup berdampingan dengan status quo. Kita nanti harus melakukan tindakan penting dan mengambil keputusan," kata presiden Palestina tersebut.

Presiden Abbas mengatakan, "Kita memasuki hari-hari yang sangat sulit setelah Israel setakat ini menghancurkan semua kesepakatan dan mengkhianati semua komitmen sejak Kesepakatan Oslo."

Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi, ia menekankan tindakan dan kebijakan Israel yang berlanjut untuk menghancurkan penyelesaian dua-negara "telah membuat kita kehilangan harapan bagi perdamaian yang bisa dicapai dengannya".

Ia mengatakan berlanjutnya kebijakan rasis dan tindakan Israel sebagai negara di atas hukum takkan mungkin dilakukan tanpa dukungan pemerintah Amerika, terutama, pengakuannya atas Al-Quds (Jerusalem) sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besarnya ke sana, dan menghilangkan fail permukiman serta pengungsi serta UNRWA dari meja perundingan.

Presiden Palestina tersebut menekankan keputusan yang telah diambil pemerintah AS saat ini menjadi pukulan bagi gagasan perdamaian Arab dan perubahan radikal dalam posisi pemerintah AS sebelumnya ke arah konflik Palestina-Israel. Dengan demikian, Washington mengakhiri perannya dalam mengusulkan rencana perdamaian atau memainkan peran penengah dalam proses perdamaian.

Ia kembali menegaskan, "Kami tak bisa menerima rencana perdamaian yang tidak menghormati prinsip dan ketentuan rujukan dalam proses perdamaian dan resolusi sah internasional guna mengakhiri pendudukan Israel dan mewujudkan kebebasan serta kemerdekaan.

Sumber: WAFA

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019