Kita mesti lihat faktor lain, mobil saja bisa berbeda bisa saja yang satu menghindari apa yang satu kecelakan tunggal.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Penerbangan Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arifin mengimbau masyarakat atau pihak berkepentingan jangan tergesa dalam menyamakan penyebab kecelakaan Boeing 737Max 8 baik Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302.

“Kita mesti lihat faktor lain, mobil saja bisa berbeda bisa saja yang satu menghindari apa yang satu kecelakan tunggal. Peyebab kecelakaan Lion saja belum konklusif,” kata Ziva di Jakarta, Rabu.

Ziva menyarankan agar berfokus kepada penyelesaian investigasi kecelakaan pesawat PK-LQP JT 610 untuk menemukan penyebabnya.

Apabila telah ditemukan penyebabnya, lanjut dia, baru lah ditentukan langkah yang tepat untuk memperbaikinya dan agar tidak terulang lagi.

“Kita fokus saja ke langkah perbaikan dulu di Indonesia dulu bahwa kejadian 29 Oktober itu penyebabnya ini, corrective action ini. Kejadian di Ethiopia kita tunggu lagi temuan dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil-nya apa,” katanya.

Dan itu pun, Ziva menambahkan, diperlukan waktu yang tidak sedikit, minimal enam bulan sampai satu tahun.

“Kalau ternyata temuannya sama atau mendekati sama, komponennya mirip dari pra-penyebab sampai penyebab. Baru langkah lebih global lagi, itupun masih panjang waktu enam bulan atau setahun,” katanya.

Namun, menurut dia, langkah sejumlah negara dalam membekukan sementara pengoperasian pesawat Boeing 737 Max 8 merupakan hak dari negara tersebut guna memastikan keselamatan penerbangan.

“Hak masing-masing Perhubungan Udara di suatu negara. Mereka memang memastikan aspek keselamatan karena yang paling on top dalam penerbangan,” katanya.

Negara yang telah menghentikan sementara pengoperasian pesawat seri terbaru Boeing adalah Tiongkok, Singapura dan Indonesia.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan saat ini juga tengah melakukan inspeksi bagi seluruh pesawat Boeing 737 Max 8, yakni sebanyak 11 unit, 10 di antaranya dimiliki Lion Air dan satu dimiliki Garuda Indonesia.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019