Program inovasi sosial ini sekilas serupa dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bedanya, para peserta tidak sekedar melakukan pengabdian pada umumnya, melainkan menggunakan acuan baku untuk menyelesaikan permasalahan dimana mereka ditempatkan.
Malang (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Politeknik Singapura (SP) kembali melakukan kolaborasi mengadakan proyek inovasi sosial, Learning Express (LeX), selama 12 hari untuk membantu mengembangkan usaha kecil menengah (UKM).

"LeX adalah bagian dari kerja sama kami untuk mejalin hubungan baik dengan negara tetangga. Setidaknya saat ini ada 8 negara pada 22 lokasi dan 29 partner. Dan, UMM salah satu yang menjadi partner kami," kata Koordinator dari Singapore Polytecnic, Lim Jun Cheng di sela pembukaan LeX di kampus UMM di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Setidaknya ada 56 mahasiswa yang terdiri atas 28 mahasiswa UMM dan 28 mahasiswa SP. Mereka terbagi dalam 4 kelompok yang ditempatkan di lokasi berbeda.

Setiap kelompok masing-masing diisi oleh 7 orang dari UMM dan 7 dari SP, serta didampingi oleh 2 orang fasilitator ahli dan 1 koordinator dari SP. Selain itu, ada 6 fasilitator ditambah 2 koordinator dari UMM.

LeX berlangsung selama 12 hari. Selama tiga hari pertama, peserta LeX menetap di rumah penduduk yang memiliki usaha dengan tujuan melihat situasi, proses, dan suasana tempat mereka ditempatkan. Utamanya membantu mengatasi ketidakefektifan kerja UKM di desa.

"Setelah tiga hari mahasiswa akan kembali ke universitas untuk pembuatan prototype di laboratorium mesin dan industri," Ambika Putri Perdani selaku Program Officer International Relation Office (IRO) UMM.

Menurut dia, program inovasi sosial ini sekilas serupa dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bedanya, para peserta tidak sekadar melakukan pengabdian pada umumnya, melainkan menggunakan acuan baku untuk menyelesaikan permasalahan dimana mereka ditempatkan.

"Kami mempunyai modul sebagai acuan, yakni desain thinking dan diadaptasi dari booklet Universitas Stanford dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di AS," katanya.

Ambika menjelaskan bahwa ada 5 langkah yang menjadi acuan yang dimasukkan ke dalam modul, yakni sense and sensibility, empathy study, define, ideation, prototyping dan co-creation.

"Mereka menggunakan modul ini untuk mengidentifikasi pelaku usaha, apakah ada masalah, baik di bidang marketing, alat atau bidang prosesing. Dari situ nanti bakal ada output-nya acara penutupan," ujar Ambika.

Ada 3 UKM yang menjadi tempat kegiatan untuk program LeX, yakni UKM telur asin Basori di Kecamatan Batu, produksi Madu di Kecamatan Junrejo milik Roni, serta UKM sentra Kopi Los Karangploso milik Pandu.

Pada saat upacara penutupan (20/3) nanti, para peserta akan memamerkan produk prototype-nya untuk diperlihatkan kepada para pelaku usaha dan kepala desa dan pihak UMM. "Semoga melalui model design thinking dan setiap tindakan yang dilakukan berpusat pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh user," ujarnya.

Sebelum terjun ke lapangan, para mahasiswa mendapat informasi mengenai produk UKM oleh fasilitator masing-masing sesuai jenis usaha UKM yang akan mereka bantu, khususnya peningkatan peralatan dan kualitas produk, demikian Ambika Putri Perdani.

Baca juga: Kementerian LHK tunjuk UMM kelola kawasan hutan dengan tujuan khusus

Baca juga: Ilyas Masudin, dosen pertama UMM tersertifikasi "ASEAN Engineer"

Baca juga: UMM raih Anugerah Kampus Unggul kedelapan kalinya

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019