Suhu udara di Aceh terasa panas, terutama di siang hari mencapai 33 derajat Celcius akibat cuaca di Australia
Banda Aceh, (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peningkatan suhu panas dalam sepekan terakhir di Aceh dampak dari cuaca panas yang melanda sejumlah wilayah di Australia.

"Suhu udara di Aceh terasa panas, terutama di siang hari mencapai 33 derajat Celcius akibat cuaca di Australia," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blangbintang Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Jumat.

Ia mengatakan biasanya rata-rata suhu udara maksimal di provinsi paling barat Indonesia tersebut, di kisaran 31 derajat Celcius dengan kecepatan angin berkisar lima hingga 10 knots atau sembilan hingga 19 kilometer per jam.

Namun, kini kecepatan angin berkisar 20 hingga 30 knots atau 37 sampai 55 kilometer per jam, terutama di wilayah perairan Aceh akibat pengaruh cuaca di "Negeri Kanguru" tersebut.

Di samping itu, lanjutnya, secara umum berbagai wilayah di Provinsi Aceh saat ini memasuki masa peralihan dari musim hujan menuju kemarau dengan puncaknya diperkirakan pada Juni hingga Juli 2019.

Para nelayan dan pengguna transportasi laut, diminta mewasdapai gelombang tinggi mencapai dua meter hingga 17 Februari 2018 di semua wilayah perairan, meliputi Samudera Hindia, Barat-Selatan, Selat Malaka bagian utara, Sabang, dan sekitarnya.

"Bisa mencapai dua meter atau lebih," kata Zakaria.

Ampelsa (53), warga Banda Aceh mengaku suhu udara panas mulai terasa dalam beberapa hari terakhir di wilayah setempat yang mengakibatkan dirinya mengurung diri di kantor ketika siang hari.

"Bila tidak ada perlu ke luar kantor, maka saya tahan lama-lama di ruangan dengan pendingin udara. Kalau malam hari kan tidak begitu panas," tuturnya.

Awal Februari 2018 dilaporkan Australia menanggung bulan terpanas yang tercatat mencapai rekor pada Januari, dan panas terik diperkirakan berlangsung hingga April, menurut biro cuaca negara tersebut.

Gelombang panas yang terekam alat pengukur suhu di atas 40 derajat celsius selama beberapa hari terus-menerus di sejumlah wilayah, kebanyakan disebabkan tekanan tinggi di pesisir tenggara yang menghalangi udara sejuk mengalir masuk, menurut Badan Meteorologi.

Musim hujan yang tertunda juga menyimpan dingin, kelembapan udara yang datang dari utara dan kecenderungan pemanasan telah mendorong suhu di Australia naik satu derajat celsius dalam 100 tahun telah memberi kontribusi pada udara panas, kata Andrew Watkon, pakar iklim di lembaga tersebut, demikian Reuters melaporkan.

Cuaca yang sangat panas bulan lalu memicu kelangkanan daya di sejumlah tempat dan menyebabkan tarif listrik melonjak, sementara terjadi kebakaran hutan yang merusak sejumlah rumah di Tasmania, pulau yang berada di selatan.

"Untuk suhu tertinggi, terendah dan suhu yang sedang, bukan hanya menempatkan Januari yang terpanas melainkan Januari memecah rekor suhu terpanas, seperti pada 1910," kata Watkins dalam video di laman lembaga tersebut.

Panas tersebut, katanya, berpeluang terus berlangsung pada Februari, Maret, dan April.

Baca juga: BMKG sebut Aceh alami masa peralihan cuaca pada Februari

Baca juga: Satelit deteksi lima titik panas di Aceh

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019