Hanya karena tidak terima ditegur
Jakarta (ANTARA News) - Seorang pemuda berinisial PI (24) tega membunuh ayah kandungnya sendiri karena tak terima ditegur.

Kapolsek Cengkareng Kompol Khoiri mengatakan peristiwa ini terjadi pada Selasa (29/1) sekitar pukul 15.30 WIB di Jalan Kapuk Sawah, Cengkareng, Jakarta Barat.

Peristiwa bermula saat PI terlibat cekcok dengan temannya, Udin.

“Pelaku bersama saksi bernama Udin dan Yudi berada di pos RT 11/12 sedang minum minuman keras (miras) jenis anggur. Sambil minum anggur, pelaku membantu Udin memperbaiki TV milik saksi, Joyo, yang rumahnya ada di depan pos RT 11/12,” kata Khoiri saat konfrensi pers di Polres Metro Jakarta Barat, Kamis (31/1).

Saat memperbaiki TV, PI tiba-tiba protes ke Udin. 

“Kalau servis yang benar dong, lihat-lihat orang,” kata Khoiri menirukan omongan PI.

Udin yang tidak terima atas ucapan PI membalas dengan makian serta memukul kepala dan menendang PI.

“Pelaku yang mendapat perlakuan dari Udin hanya diam tanpa perlawanan,” ucap Khoiri.

Kemudian ayah kandung PI, Abdurachman bin H Sadin (60), datang dan menegur PI saat tahu anaknya tengah minum miras.

Setelah itu Abdurachman berjalan pulang. PI menyusul dan langsung menemui ayahnya yang sedang ada di dapur rumah.

PI yang kesal karena ayahnya malah membela Udin, melampiaskan emosinya dengan membacok Abdurachman menggunakan celurit.

“Sesampainya di rumah, pelaku yang tak terima ditegur korban, lalu mencari korban yang sedang berada di dapur. Selanjutnya pelaku mengatakan ‘Kok Bapak belain orang lain bukan belain anak sendiri’. Lalu dijawab oleh korban dengan mengatakan ‘Sama aja kalian berdua juga’,” tuturnya.

“Pelaku yang tak terima jawaban dari korban langsung mengambil senjata tajam jenis celurit dan langsung mengayunkan celurit satu kali ke arah korban,” sambung Khoiri.

Korban sempat dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong. 

Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata PI  positif menggunakan narkoba jenis sabu.

Berdasarkan pengakuan, pelaku sudah menggunakan narkoba jenis sabu selama enam bulan, ujar Khoiri.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019