Jakarta (ANTARA News) - Setiap awal tahun, Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan pameran capaian kinerja yang dirangkai dengan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) sebagai acara puncak.

Tahun ini, "Pameran Capaian 4 Tahun Kementerian Luar Negeri RI" diselenggarakan pada 8-10 Januari 2019 dan diisi sejumlah kegiatan yang bersifat informatif dan lebih interaktif bagi publik.

Selama tiga hari, pintu Kemlu terbuka luas bagi masyarakat yang ingin mengikuti sejumlah kegiatan, seperti bincang santai Menlu RI dengan milenial, talkshow dengan para diplomat muda, tur Gedung Pancasila, kontes juru bicara Kemlu, konsultasi tesis, hingga pelayanan KTP elektronik.

Selain itu, terdapat stan pameran dari 10 Satuan Kerja di Kemlu yang menawarkan keunikan tersendiri kepada pengunjung.

Di stan Direktorat Kerja Sama ASEAN, misalnya, pengunjung dapat mencoba mengikuti kuis berisi tujuh pertanyaan pilihan ganda seputar ASEAN yang ditampilkan dalam layar sentuh.

Kuis ini akan membantu setiap pengunjung menakar seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai ASEAN, dan yang tidak kalah menarik pengunjung bisa membawa pulang suvenir berupa tas jinjing berisi buku catatan dan pulpen.

Lain halnya di stan Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral, dimana pengunjung bisa mempelajari bahasa isyarat dari instruktur yang dihadirkan.

Inisiatif ini dimaksudkan untuk lebih menyosialisasikan penggunaan bahasa isyarat kepada masyarakat luas.

Di stan ini pengunjung juga bisa bertemu dengan salah satu prajurit anggota Pasukan Penjaga Perdamaian (PKO) RI, yang berbagi cerita dan pengalaman mengenai upaya mendukung perdamaian di negara-negara konflik. Pengiriman PKO ke beberapa wilayah konflik, seperti di Kongo dan Lebanon, merupakan salah satu kontribusi RI untuk dunia.
 


Wakil Menteri Luar Negeri RI AM Fachir mengatakan bahwa pameran kali ini dirancang dengan lebih kreatif, semarak, dan banyak kejutan. Ide-ide yang belum pernah direalisasikan sebelumnya, seperti pelayanan KTP elektronik, pun dimunculkan.

"Justru ini memberikan pelayanan yang luar biasa, dan menunjukkan energi kita yang semakin besar dan positif," tutur Wamenlu.

Manfaat pelayanan pembuatan KTP elektronik dalam pameran capaian kinerja Kemlu, salah satunya, dirasakan oleh Agnes Anya (25).

Wartawan yang berdomisili di Kabupaten Tangerang itu merasa sangat terbantu dengan fasilitas pembuatan KTP elektronik.

"Soalnya kalau mengurus di Tangerang bisa bertahun-tahun prosesnya dengan alasan ketiadaan blangko," kata dia.
  Mengusung tema bertagar #iniDiplomasi, "Pameran Capaian 4 Tahun Kemlu RI" menekankan pada interaksi dan inklusivitas, yang mengajak berbagai pemangku kepentingan terutama para pelajar dan mahasiswa, untuk terlibat seluas-luasnya dalam pelaksanaan diplomasi, juga untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Diplomasi, dalam hal ini, bukanlah kerja elitis yang hanya bisa dilakukan oleh para diplomat, tetapi oleh seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali generasi muda.

Dalam acara "The Millennials Meet and Greet with Foreign Minister", Menlu Retno Marsudi mengajak generasi milenial menjadi agen perubahan dan toleransi untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.

"Saya ingin milenial menjadi agen perubahan dengan selalu menyebarkan energi positif," kata Retno kepada sejumlah mahasiswa di Jakarta, Selasa (8/1).

Salah satu wujud energi positif yang bisa dilakukan adalah dengan tidak menciptakan dan menyebarkan hoaks, serta selalu menghormati perbedaan. Menurut Retno, perbedaan merupakan aset diplomasi Indonesia yang justru harus dijaga sebagai sebuah kemajemukan bangsa.

"Untuk memperhatikan Indonesia yang mulia ini kita harus saling menghormati dan bertoleransi. Daya mendengarkan harus dibudayakan," tutur dia.

Dalam acara tersebut, Menlu Retno menyampaikan capaian kinerja Kemlu RI di berbagai bidang, seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), diplomasi ekonomi, keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB, isu Palestina, dan isu lingkungan.

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap kebijakan luar negeri.

"Kalau kita bicara politik luar negeri artinya menyuarakan kepentingan bangsa, dan milenial adalah salah satu segmen penting yang perlu kita dengar masukannya," ujar Retno. 
 


Dalam kesempatan tersebut, Menlu juga mengajak masyarakat untuk mengurangi sampah plastik, sebuah kebiasaan yang mulai digalakkan di lingkungan Kemlu awal tahun ini. Kebiasaan baru yang disebutnya sebuah revolusi budaya itu diupayakan dengan penggunaan botol air minum sendiri.

Selain untuk mengantisipasi berbagai dampak buruk sampah plastik yang sulit terurai, kebiasaan ini perlu dilakukan untuk mencapai SDGs. Secara pribadi, Retno memberi contoh, bahwa dengan membawa botol air minum sendiri ia bisa mengurangi hingga 10 botol plastik sekali pakai dalam sehari.

"Bayangkan kalau ada 2.000 pegawai di Kemlu, bisa berapa banyak plastik berkurang," ujar dia.

Selain botol air minum, Menlu Retno juga menggalakkan penggunaan sedotan dan alat makan berbahan baja antikarat serta kantong belanja yang bisa dipakai berulang kali.

Komitmen mengurangi sampah plastik tidak hanya ditunjukkan di Kemlu RI di Jakarta, tetapi juga di perwakilan-perwakilan RI di luar negeri.

"Karena yang perlu kita jaga bukan hanya lingkungan di Indonesia, tetapi juga dunia," tutur Menlu Retno. 

Interaksi langsung Menlu dengan para mahasiswa, dinilai sebagai cara yang efektif untuk memperkenalkan Kemlu dan diplomasi kepada generasi muda.

Menurut Sonya Michaella (26), seorang jurnalis media online Tanah Air, pameran capaian kinerja Kemlu tahun ini juga terasa lebih menarik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena banyak aktivitas yang bisa diikuti oleh publik.

Kontes juru bicara Kemlu, contohnya, memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berperan sebagai seorang diplomat yang tugasnya berhadapan dengan wartawan untuk memberikan informasi mengenai diplomasi dan politik luar negeri Indonesia kepada publik.

Sementara menurut sejumlah mahasiswa, penyelenggaraan acara tahunan ini menunjukkan kejelian Kemlu dalam melihat pameran sebagai aset diplomasi untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai capaian kinerja, cara berdiplomasi, dan membangun relasi.
 
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menunjukkan botol air minum yang dibawanya untuk mengurangi sampah plastik, Jakarta, Selasa (8/1/2019). (ANTARA/Yashinta Difa)
 

Batik

Di samping berbagai kegiatan interaktif yang disajikan, dalam pameran tahun ini Kemlu juga memperkenalkan batik, motif kain tradisional Indonesia yang ternyata menyimbolkan empat prioritas kebijakan luar negeri RI.

"Ternyata motif-motif batik bisa kita cocokkan dengan prioritas politik luar negeri Indonesia. Ini sangat menarik," kata Retno.

Prioritas pertama, yakni menjaga kedaulatan NKRI yang disimbolkan dengan motif parang. Motif dasar yang paling tua dari Jawa ini melambangkan usaha yang tidak pernah lelah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak.

Prioritas kedua adalah meningkatkan perlindungan WNI, dapat dilihat dari motif truntum yang melambangkan perhatian. Diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yang merupakan Permaisuri Sunan Paku Buwana III, truntum memiliki makna cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa tumbuh berkembang.

Sementara prioritas ketiga, yakni meningkatkan diplomasi ekonomi dapat dilambangkan dengan motif sidomukti yang menyimbolkan pengharapan dan doa. Kata sido berasal dari bahasa Jawa yang berarti benar-benar terjadi atau terkabul keinginannya, sedangkan mukti bermakna kebahagiaan, berkuasa, disegani, dan tidak kekurangan sesuatu.

Prioritas keempat, yaitu peran aktif Indonesia untuk kawasan dan dunia digambarkan oleh motif sekar jagad, yang melambangkan ungkapan cinta dan perdamaian. Inti dari makna yang disampaikan corak sekar jagad adalah keanegaragaman, baik yang terdapat di Indonesia maupun dunia.

Batik sebagai salah satu ikon kearifan lokal juga dikenakan oleh para diplomat dan pegawai Kemlu selama penyelenggaraan pameran. Ke depannya, menurut Menlu, bukan tidak mungkin kain tradisional dari daerah lain akan diangkat juga.

"Kami akan dalami dulu satu per satu filosofinya. Kalau batik, 'kan dalam pembuatannya ada filosofi di baliknya. Setelah kami riset ternyata pas dengan empat prioritas politik luar negeri RI," kata Retno.


Baca juga: Menlu: 2019 tahun sibuk bagi diplomasi Indonesia

Baca juga: Menlu minta seluruh perwakilan Indonesia sukseskan Pemilu

Baca juga: Indonesia menjadi anggota DK PBB salah satu momen bahagia Menlu


Baca juga: Isu Palestina terus menjadi prioritas polugri Indonesia 2019

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019