Jakarta (Antara) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani membeberkan pemanfaatan teknologi nuklir di kalangan masyarakat Indonesia pada Badan Energi Atom Iternasional (IAIA) di Wina Austria.

Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, Puan yang bertemu Dirjen IAEA Yukiya Amano membahas tentang capaian kerja sama aplikasi nuklir dengan IAEA, dan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap keberlanjutan program nasional serta kerja sama antarnegara berkembang dan kerja sama selatan-selatan.

"Indonesia bergabung dengan IAEA pada tahun 1957 di bawah Presiden Soekarno sebagai founding father dan saya senang sekali hadir untuk melanjutkan apa yang telah dirintis Presiden Soekarno", ujar Menko Puan.

Saat ini, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir telah berkontribusi terhadap sosial-ekonomi masyarakat baik di bidang pertanian, peternakan, kesehatan, industri, lingkungan dan lain-lain.

Kerjasama Indonesia dengan IAEA telah memasuki fase hilirisasi teknologi nuklir untuk kepentingan industri, usaha kecil dan menengah, petani dan pemangku kepentingan nasional lainnya.

Di antaranya dukungan teknologi untuk produksi tempe, proyek pada telemedicine atau radioterapi, penggunaan teknologi radiasi di pulau-pulau terluar seperti Natuna untuk ekspor produk perikanan, serta pengelolaan sumber daya dan lingkungan laut secara lebih baik.

Dalam pertemuan ini, Dirjen IAEA mengapresiasi kemajuan aplikasi nuklir di Indonesia dan juga peran Indonesia di ASEAN, serta kerja sama selatan selatan seperti Afrika dan membantu Small Island Developing Countries (SIDs) termasuk Papua Nugini.

Pertemuan ini juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Austria Darmansjah Djumala, dan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto.*


Baca juga: Puan bertemu Dirjen IAEA dorong kerja sama nuklir

Baca juga: Puan tekankan pentingnya kerja sama nuklir untuk pembangunan


 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018