Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Indonesia akan menggunakan rekomendasi pengembangan pariwisata dari OECD (Organization for Economic Cooperation Development) sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan kebijakan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Nia Niscaya di Nusa Dua, Bali, Minggu, mengatakan rekomendasi dalam bentuk survei ekonomi OECD 2018 untuk Indonesia akan menjadi salah satu bahan rujukan dalam menyusun kebijakan di bidang pariwisata.

"Iya, karena program itu melengkapi rekomendasi yang dari UNWTO," kata Nia Niscaya.

Ia memaparkan bahwa pihaknya telah bertemu dengan OECD dalam OECD Secretary General Meeting di Octopus Ristorante, Ayodya Hotel, Nusa Dua, Bali, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-WB 2018.

Pada kesempatan itu, OECD kepada Indonesia sempat mengingatkan terkait pentingnya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

"Kita walaupun bukan member namun akan aktif dalam tourism committee dalam rangka melaksanakan program sustainable develpoment on tourism, jadi ini sejalan," katanya.

Organisasi itu sendiri menilai pariwisata Indonesia tumbuh sangat positif di tengah tekanan perekonomian global. Namun OECD mengingatkan jika pariwisata dibangun tak berkelanjutan bisa punah seketika.

"Diingatkan untuk menjaganya karena kalau tidak sustain bakal hilang semuanya dan OECD memberikan benchmarking sustainable development di Meksiko," katanya.

Kemenpar sendiri menyambut baik rekomendasi dari OECD karena sejalan dengan fokus pengembangan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan, dan menekankan pentingnya keseimbangan antara pelestarian dan pemanfaatan alam untuk pariwisata.

Dalam survei ekonomi OECD Indonesia 2018 disebutkan salah satunya terkait pertumbuhan pariwisata di Indonesia yang sangat baik dan dapat mendorong pembangunan daerah. OECD mencatat jumlah kunjungan turis per tahun meningkat hampir tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018