Gunung Kidul (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan melakukan penataan kawasan wisata pantai pascagelombang pasang yang menyebabkan ratusan bangunan rusak dan hanyut terbawa ombak.

Kepala Dinas Pariwisata Gunung Kidul Asti Wijayati di Gunung Kidul, Minggu, mengatakan, musibah gelombang tinggi sebagai momentum penataan kawasan pantai.

"Selalu ada berkah di balik musibah. Peristiwa ini bisa digunakan pemkab untuk menata ulang seluruh kawasan pantai yang selama ini kesulitan ditata," kata Asti.

Ia mengatakan kawasan pantai akan dikemas sedemikian rupa sehingga bangunan yang berada di pinggir pantai melanggar sempadan pantai ditertibkan, dan bangunan yang dibuat mengedepankan kearifan lokal.

"Kami berharap mendapatkan dukungan dari semua pihak, termasuk warga maupun pengelola wisata," harapnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan wahyudi mengatakan sebenarnya pascagelombang tinggi 2017, ada tim revitalisasi pantai yang dibentuk untuk membuat kajian agar bangunan dimundurkan ke wilayah aman.

"Sudah ada tim sejak 2017 tetapi hingga saat ini mereka tidak jalan, padahal janjinya dalam enam bulan sudah selesai revitalisasi pantai," ucapnya.

Dia mengatakan perlu penataan karena lapak-lapak dan gazebo milik masyarakat ini terlalu dekat dengan bibir pantai, jika ada gelombang tinggi dapat terkena sewaktu-waktu.

Kawasan sempadan pantai, sepanjang 100 meter dari pantai telah diatur dalam regulasi baik dalam Perda DIY dan perda kabupaten maupun Undang-Undang 27 Tahun 2007 memang tidak keberadaan bangunan apapun di wilayah tersebut.

"Nanti kami laporkan ke Bupati (Badingah) terkait tim ini sehingga memberikan solusi," katanya.

Koordinator SAR Satlinmas Korwil II Gunung Kidul Marjono mengatakan gelombang tinggi yang menerjang kawasan pesisir pantai selatan merupakan siklus tahunan yang selalu berulang setiap tahun.

"Gelombang tinggi seperti ini biasa setiap tahunnya, ini merupakan siklus tahunan," katanya.

Gelombang tinggi yang berlangsung sejak beberapa hari terakhir nyaris tidak pernah surut. Puncaknya terjadi Selasa (24/7) hingga Rabu dini hari, di mana ombak menghancurkan ratusan bangunan yang berada di sepadan pantai.

"Puncak gelombang sampai 30,3 feet, sampai akhir Juli diprediksi masih tinggi tetapi hanya sekitar 15 feet," ucapnya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018