Brussel (ANTARA News) - Komisi Uni Eropa pada Selasa menawarkan bantuan kepada negara anggotanya, yang mau menerima pendatang, yang tiba dari Laut Tengah, setelah pemerintahan baru Italia memberlakukan kebijakan tutup pintu bagi pengungsi.

Dalam usulan tersebut, Uni Eropa akan membayar 6.000 euro atau sekitar seratus juta rupiah bagi setiap pendatang, yang diterima, ditambah dengan pembiayaan untuk menggaji praktisi, yang akan membantu pengajuan suaka pengungsi itu, lapor Reuters.

Rencana Komisi Eropa tersebut adalah kebijakan lanjutan dari kesepakatan, yang ditandatangani pemimpin negara anggota pada Juni, untuk memperbaiki aturan imigrasi.

Angka kedatangan pengungsi turun tajam sejak 2015, saat lebih dari satu juta orang memasuki kawasan Uni Eropa. Namun, sejumlah jajak pendapat menunjukkan bahwa persoalan imigrasi masih menjadi perhatian utama bagi 500 juta warga di benua itu.

Pemerintah Italia dan Jerman kini harus menghadapi tekanan besar dari dalam negeri untuk mengurangi angka kedatangan migran dari Laut Tengah -- yang umumnya berasal dari Afrika. Sementara itu pemimpin negara-negara Eropa timur sudah sejak lama menegaskan bahwa mereka tidak mau menerima para pendatang.

Sementara itu, Italia telah menutup pelabuhan mereka bagi kapal-kapal humanitarian yang mengemban misi menyelamatkan perahu para pengungsi yang terancam tenggelam ombak Laut Tengah. Italia beralasan bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil karena harus sendirian menanggung beban penampungan para pencari suaka.

Dengan mengungkap tawaran subsidi ini, juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa pihaknya tengah mengupayakan "pembagian tanggung jawab bersama dalam menangani persoalan migrasi yang sangat rumit.

Subsidi itu akan diberikan pada negara yang berencana membangun tempat penampungan migran yang baru. Sejauh ini belum ada pemerintahan negara anggota Uni Eropa yang merencanakan hal tersebut.

Spanyol, Prancis, dan Malta diperkirakan akan menjadi penerima terbesar subsidi tersebut mengingat mereka sudah menerima para manusia perahu yang ditolak Italia.

Pada awal bulan ini, Italia dan Malta menolak sebuah perahu berisi 60 migran, sehingga memaksa mereka untuk berlabuh di Barcelona. Insiden ini adalah contoh terbaru perbedaan sikap di Eropa mengenai masalah migrasi.

Dalam tawaran baru itu, Uni Eropa juga akan membayar para penerjemah dan pakar suaka untuk mempercepat penyaringan pengungsi, serta mengirim kembali mereka yang tidak layak menerima suaka.

Secara bersamaan, mereka juga akan membentuk pusat pemrosesan pengungsi di luar wilayah Eropa. Meski demikian, belum disebut negara mana akan menjadi tuan rumah.

(Uu.G005/B002)

Pewarta: LKBN Antara
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018