Tokyo (ANTARA News) - Seorang anggota parlemen Jepang meminta maaf karena mengejek seorang pasien kanker paru yang bersaksi tentang bahaya asap rokok orang lain, mengatakan dia telah berbicara untuk mencegah diskriminasi terhadap perokok.

Jepang tertinggal dibandingkan banyak negara lain dalam upaya untuk melawan merokok, dengan upaya mengatasi tembakau yang sering terhalang politisi pro-merokok, pemilik restoran dan tembakau Jepang, yang sepertiga dimiliki pemerintah.

Yoichi Anami, seorang anggota parlemen partai yang berkuasa, berteriak, "Sudah cukup!" pada sidang pekan lalu ketika Kazuo Hasegawa, seorang non-perokok berusia 47 tahun dengan kanker paru-paru stadium empat, sedang bersaksi tentang bahaya perokok pasif.

Kecaman Anami memicu kritik luas di media sosial dan pada Kamis, dia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan dia menyesal jika dia telah menimbulkan "perasaan tidak menyenangkan".

"Saya hanya menggumamkan perasaan saya bahwa perokok tidak didiskriminasi lebih dari yang diperlukan," katanya dalam pernyataan di laman webnya, Kamis.

Dia tidak merujuk langsung ke Hasegawa, kecuali untuk mengatakan dia tidak berniat mengganggu pernyataan saksi.

Hasegawa mengatakan bahwa dia tidak mempercayai apa yang didengarnya pada awalnya.

"Sebenarnya saya baru saja mengatakan bahwa tidak masalah jika ada tempat untuk merokok di luar rumah ketika saya dicemooh, dan ini sangat bertentangan. Saya berpikir apakah dia bahkan mendengarkan, yang membuat saya lebih sedih," katanya.

"Beberapa orang yang merokok telah dikritik begitu banyak hingga mereka merasa diserang dan marah. Mungkin itu masalahnya dengan dia," tambahnya.

Para anggota parlemen sedang membahas rancangan undang-undang untuk membatasi perokok pasif di tempat umum menjelang Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo. Para pegiat mengatakan sekitar 15.000 orang Jepang, banyak dari mereka wanita dan anak-anak, meninggal akibat perokok pasif setiap tahunnya.

Minggu ini, majelis rendah mengesahkan versi pengajuan kementerian kesehatan yang dilunakkan untuk membatasi asap rokok orang lain, yang memungkinkan merokok di lebih banyak tempat ketimbang pengajuan asli.

Merokok adalah hal yang dilarang di sekolah dan rumah sakit, tetapi sebagian besar tempat menyediakan ruang merokok luar ruangan. Kementerian Kesehatan Jepang menghentikan adanya mesin penjual rokok terakhirnya pada awal tahun ini.

"Mengingat berapa banyak orang yang meninggal akibat perokok pasif setiap tahun, hukum seharusnya membantu mereka," kata Hasegawa. "Tetapi hukum, seperti sekarang, tampaknya tidak akan seperti itu," ungkapnya.

Baca juga: Peneliti: asap rokok dapat mengubah sel paru-paru

Pewarta: Antara
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018