Banyuwangi (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Kemah Sastra Nasional, Sabtu hingga Minggu (29/4) yang bertepatan dengan peringatan Hari Puisi Nasional.

Perhelatan yang diikuti ratusan pegiat sastra dalam dan luar negeri itu dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama sejumlah sastrawan terkemuka Indonesia.

Sejumlah sastrawan itu di antaranya Sutardji Calzoum Bachri, D. Zawawi Imron, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Wayan Jengki Sunarta. Hadir pula sutradara Garin Nugroho dan Ketua Dewan Kesenian Blambangan Samsudin Adlawi.

Azwar Anas mengatakan Banyuwangi mengggelar Kemah Sastra Nasional sebagai cara untuk meningkatkan budaya literasi generasi muda.

"Kami mendorong tumbuhnya budaya menulis dan membaca. Semoga anak-anak muda kita mendapat banyak inspirasi dari para sastrawan hingga akhirnya mampu menciptakan ide dan menuangkannya lewat karya sastra," katanya.

Pembukaan Kemah Sastra Nasional yang berlangsung di Resor Jiwa Jiwa di kaki Gunung Ijen itu diikuti ratusan penyair muda dari dalam dan luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Mozambik.

Dari dalam negeri, hadir pegiat sastra Pekanbaru, Lombok, Bali, Pangkalpinang, Banten, Ambon, Yogyakarta, Solo, Bogor, Sukabumi, dan Jakarta.

Para peserta mengikuti workshop penulisan cerpen dan puisi oleh sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda dan Hasan Aspani. "Ini akan menjadi sarana untuk berbagi pengalaman dalam menggeluti dunia sastra. Sehingga para peserta, anak-anak muda pegiat sastra, bisa semakin matang dalam bersastra," kata Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Samsudin Adlawi.

Selain workshop, para peserta menyaksikan penampilan para maestro sastra Tanah Air membawakan karya puisi maupun rangkaian pesan yang sarat makna. Seperti penyair D. Zawawi Imron yang membacakan puisi berjudul "Desaku". Zawawi membaca puisi tersebut bergantian dengan Bupati Anas.

Lalu Sutardji Calzoum Bachri yang juga dikenal sebagai Presiden Penyair itu memberi ceramah soal sastra Indonesia yang dilanjutkan dengan membaca sejumlah puisi.

"Kita sebagai penyair menciptakan makna, kata-kata menciptakan penyair. Penyair menciptakan puisi. Dengan puisi bisa lapang pikiran dan menumbuhkan empati," ucapnya.

Kemah Sastra Nasional juga menghadirkan sutradara Garin Nugroho yang menampilkan sebuah monolog. Garin mengatakan langkah Banyuwangi dalam mempertemukan tokoh-tokoh sastra nasional dengan generasi muda sangat baik.

"Metode mengundang sastrawan untuk dipertemukan anak-anak muda untuk berbagi pengetahuan dan metode serta berbagi cara menghormati kata adalah sesuatu yang sangat luar biasa," ujarnya.

Hal senada juga dilontarkan Sutardji Calzoum Bachri. Menurut dia, Kemah Sastra yang berhasil mendatangkan anak-anak muda ini menunjukkan optimismenya bahwa sastra masih diminati masyarakat luas.

"Saya senang Banyuwangi bergeliat membangun tradisi literasi melalui kegiatan sastra. Ini jadi bekal meningkatkan kualitas SDM, memperkaya peradaban kita, yaitu peradaban yang merawat bahasa," ujarnya.

Acara Kemah Sastra itu juga ditandai dengan peluncuran buku kumpulan puisi berjudul "Senyuman Lembah Ijen" yang memuat 190 puisi tentang keindahan dan kehidupan Gunung Ijen. Puisi-puisi itu dikurasi dari 600 puisi yang masuk ke panitia yang berasal dari dalam dan luar negeri. Ada pula peluncuran 20 buku sastra karya sejumlah penyair muda Banyuwangi.

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018