Addis Ababa, Ethiopia (ANTARA News) - Uni Afrika pada Selasa (17/4) menyerukan aksi bersama guna menyelesaikan krisis Libya dan mendorong perdamaian, keamanan, kestabilan serta perujukan di negara Afrika Utara tersebut.

Seruan itu dikeluarkan dalam pertemuan ke-5 Komite Tingkat Tinggi Uni Afrika mengenai Libya, yang diselenggarakan di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, di tengah kebuntuan yang berlanjut dalam proses politik dan kerentanan lingkungan keamanan yang terus berlangsung di Libya.

Libya telah dirundung pertempuran setelah kejatuhan dan tewasnya pemimpin lamanya Muammar Gaddafi pada 2011.

Satuan tugas tiga-pihak Uni Afrika, Uni Eropa dan PBB telah berusaha mendukung migran Afrika yang terjebak di Libya, dan pada saat yang sama melancarkan upaya untuk melucuti jaringan terorganisasi penyelundup manusia serta penyelundup migran.

Moussa Faki Mahamat, Ketua Komisi Uni Afrika, mengatakan dalam pertemuan di Addis Ababa bahwa situasi di Libya "secara moral tak bisa ditolerir", demikian laporan Xinhua.

Situasi saat ini di Libya menimbulkan ancaman buat negeri tersebut dan rakyatnya, serta negara tetangganya, yang membayar harga mahal akibat ketidak-stabilan dan ketidak-amanan yang haris ini menjadi ciri khas utama kondisi di Libya, kata Faki.

"Semuanya harus dilakukan guna mengakhiri ini," katanya. "Itu bahkan menyerukan aksi yang lebih berkelanjutan pada pihak kita."

Pada Rabu (11/4), Kepala Dewan Tinggi Negara Libya Khaled Al-Meshri, yang baru dipilih, mendesak diadakannya pertemuan darurat dengan Parlemen Libya Timur guna mengakhiri perpecahan politik di negeri tersebut.

Al-Meshri mengatakan di dalam pidato yang ditayangkan televisi bahwa pertemuan dengan Ketua Parlemen yang berpusat di Libya Timur Agila Saleh adalah "prioritas" guna mempersatukan tim dialog kedua dewan di negeri itu.

Ia juga menyampaikan penyesalan mengenai terus memburuknya situasi keamanan dan ekonomi di negeri tersebut "akibat kegagalan beberapa pihak untuk melaksanakan ketentuan dalam kesepakatan itu".

(Uu.C003)
 

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018