Jakarta (ANTARA News) - Amerika Serikat, Prancis dan Inggris, akan terus berusaha menyingkirkan senjata kimia yang diduga dimiliki rezim Bashar al-Assad di Suriah.

"Kami menyasar jantung program senjata kimia ilegal yang dilakukan rezim Suriah," ujar Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, rezim Assad memiliki sejarah panjang penggunaan senjata kimia untuk membunuh rakyatnya sendiri. Dunia telah menyaksikan penderitaan rakyat Suriah lewat foto-foto para korban serangan gas kimia di Kota Douma, Ghouta, yang menewaskan sedikitnya 70 orang pada 7 April lalu.

Donovan menyebutkan laporan sedikitnya 30 insiden terpisah sejak April 2017 tentang penggunaan gas sarin oleh Suriah untuk menyerang rakyatnya sendiri.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah memutuskan bahwa Suriah bertanggung jawab atas serangan gas sarin di Khan Shaykhun pada April 2017. OPCW juga telah melaporkan bahwa otoritas Suriah bertanggung jawab atas serangan zat kimia berbahaya pada 2014 dan 2015.

"Ini menunjukkan tidak hanya pola agresi terhadap rakyat Suriah yang menggunakan senjata kimia, namun juga menegaskan bahwa klaim Rusia yang menyatakan bahwa Assad telah menghapus program senjata kimianya merupakan hal yang tidak benar," kata Donovan.

AS dan sekutunya menyimpulkan bahwa Suriah kembali menggunakan senjata kimia meskipun pada 2013 berjanji akan memusnahkannya. Oleh karena itu, AS melancarkan serangan ke fasilitas-fasilitas yang diyakini tempat mengembangkan senjata kimia Suriah pada Sabtu (14/4).

Menurut Donovan, serangan itu sudah direncanakan secara hati-hati untuk menekan jumlah korban jiwa sipil.

Pemerintah AS akan mengambil berbagai langkah, termasuk jalur diplomasi, untuk memastikan penghapusan senjata kimia di Suriah.

"Kami akan mempertimbangkan semua langkah. Kami akan mengambil langkah-langkah diplomasi dan langkah lain yang diperlukan," kata Donovan.

Baca juga: Dubes AS di Indonesia beberkan penggunaan senjata kimia di Suriah

Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018