Duterte mengecam Kuwait pada Februari, memberlakukan larangan keberangkatan bagi warga Filipina yang berencana bekerja di sana menyusul pembunuhan seorang asisten rumah tangga perempuan asal Filipina, yang jasadnya ditemukan dalam lemari es.
Presiden Filipina itu mengatakan Kuwait telah menyetujui tuntutannya untuk meningkatkan kondisi kerja bagi warga Filipina, menyusul negosiasi antara kedua negara berdasarkan perjanjian.
“Untuk menghormati pemerintah Kuwait juga, saya akan pergi ke sana untuk menyaksikan (upacara) penandatanganan,” kata Duterte dalam sebuah pidato saat berkunjung ke Hong Kong seperti dilaporkan AFP.
Otoritas Manila mengatakan sekitar 252.000 warga Filipina bekerja di Kuwait dan sebagian besar menjadi pembantu rumah tangga. Mereka termasuk di antara dua juta lebih warga Filipina yang bekerja di kawasan tersebut, yang remitansinya berkontribusi besar bagi ekonomi Filipina.
Larangan keberangkatan Duterte memicu perselisihan diplomatik. Dia menuduh majikan Arab rutin memerkosa pekerja berkewarganegaraan Filipina, memaksa mereka bekerja 21 jam dalam sehari dan memberi mereka makanan sisa.
Salah satu tuntutannya adalah pekerja Filipina diizinkan memegang ponsel dan paspor mereka, yang dapat disita majikan dalam kondisi saat ini.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018