Salisbury, Inggris (ANTARA News) - Mantan kepala Komando Kontraterorisme Inggris, Richard Walton, menyatakan bahwa jika ditemukan petunjuk Rusia terlibat dalam insiden peracunan mantan agen Rusia, Sergei Skripal, yang bersama putrinya mendadak sakit keras gara-gara terpapar zat asing mencurigakan, maka hubungan Inggris-Rusia akan sangat dipertaruhkan.

Walton pernah terlibat dalam penyelidikan pembunuhan bekas agen KBG Alexander Litvinenko pada 2006.  Dari penyelidikan Inggris diketahui bahwa Presiden Vladimir Putin telah menyetujui pembunuhan Litvinenko dengan menggunakan zar radioaktif polonium-210 di London.   Rusia berulang kali membantah tudingan terlibat dalam pembunuhan Litvinenko.

"Inggris tidak bisa dan tidak akan menoleransi terorisme bersponsor negara jenis apa pun," kata Walton kepada wartawan seperti dikutip Reuters.

Polisi Inggris memang belum resmi mengungkapkan identitas Skripal, namun BBC yang pertama kali melaporkan nama Skripal melaporkan bahwa Yulia adalah perempuan berusia 33 tahun yang ditemukan juga tidak sadarkan diri di samping Skripal.   Yulia kemudian disebut-sebut sebagai anak perempuan Skripal.

Rusia menyatakan siap bekerja sama jika Inggris meminta bantuan penyelidikan atas insiden Skripal.

Seraya menyebut insiden itu sebagai situasi yang tragis, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan Kremlin tidak punya informasi mengenai insiden tersebut.

Dinas intelijen luar negeri Rusia atau SVR enggan mengomentari insiden ini, sedangkan kementerian luar negeri Rusia dan dinas kontraintelijen Rusia FSB enggan menjawab pertanyaan Reuters mengenai kasus ini.

Baca juga: Inggris berjuang ungkap zat yang racuni eks mata-mata Rusia
 

Pewarta: Kutnadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018