Cox's Bazar (ANTARA News) – Tiga pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Senin (26/2), mendesak Aung San Suu Kyi untuk berbicara dengan terus terang tentang aksi kekerasan terhadap minoritas Rohingya, memperingatkan bahwa dia berisiko menghadapi hukuman karena "genosida."

Ketiganya - Tawakkol Karman, Shirin Ebadi dan Mairead Maguire – meminta pemimpin Myanmar itu untuk "sadar" terhadap kekejaman tersebut setelah mereka mengunjungi beberapa kamp kumuh di Bangladesh yang menjadi rumah bagi hampir satu juta pengungsi Rohingya.

"Ini jelas-jelas genosida yang dilakukan oleh pemerintah dan militer Burma terhadap rakyat Rohingya," ujar Maguire pada Senin, menggunakan nama lain Myanmar.

"Kami menolak kebijakan genosida pemerintah Burma ini. Mereka akan diseret ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan orang-orang yang melakukan genosida akan diadili."

Baca juga: Bono U2 minta Suu Kyi mundur sebagai pemimpin Myanmar

PBB menggambarkan aksi kekerasan sistematik yang dilakukan Myanmar terhadap muslim Rohingya di negara bagian Rakhine sebagai kemungkinan genosida dan pembersihan etnis.

Reputasi Suu Kyi, yang pernah menjadi tokoh HAM global, di kalangan komunitas internasional merosot karena penanganannya terhadap krisis Rohingya.

Baca juga: Kediaman Suu Kyi dilempari bom Molotov

Kritikus meminta penghargaan Nobel yang dia menangkan saat berada di bawa tahanan rumah pada 1991 agar dicabut, demikian AFP.

Baca juga: Suu Kyi sebut pengakuan militer soal pembunuhan "langkah positif"

Pewarta: Antara
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018