Naypyidaw (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson melakukan kunjungan singkat ke Myanmar pada Minggu (11/2) untuk menekan Aung San Suu Kyi mengenai perlunya penyelidikan independen terhadap kekerasan di negara bagian Rakhine, saat negara tersebut menghadapi tekanan yang meningkat untuk menghukum para tentara yang dituduh melakukan kekejaman terhadap muslim Rohingya.

Johnson bertemu dengan pemimpin Myanmar itu, yang reputasinya hancur di kalangan internasional terkait penanganan krisis Rohingya, di ibu kota Naypyidaw saat menjalani tur Asia selama empat hari.

Pertemuan tersebut menyusul kunjungan Johnson ke sebuah kamp pengungsi di distrik Cox's Bazar di Bangladesh, tempat hampir 700.000 warga Rohingya mencari perlindungan setelah melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar yang dimulai di Rakhine utara pada Agustus tahun lalu.

PBB menuduh pasukan keamanan Myanmar mendorong minoritas Rohingya melarikan diri ke perbatasan dalam sebuah upaya menyelamatkan diri dari pembersihan etnis yang dilakukan militer Myanmar.

Organisasi Doctors Without Borders memperkirakan sedikitnya 6.700 Rohingya tewas pada bulan pertama tindakan kekerasan itu.

Namun, Myanmar dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan memblokir penyelidikan PBB dari zona konflik.

"Saya menggarisbawahi pentingnya otoritas Birma (Myanmar) melakukan investigasi penuh dan independen terhadap kekerasan di Rakhine, dan untuk membuat mereka yang melakukan kekerasan bertanggung jawab atas pelanggaran HAM," ujar Johnson dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuan dengan Suu Kyi seperti dilansir AFP.

Baca juga: Myanmar akan tindak tentara, polisi terlibat pembunuhan Rohingya



Pewarta: Antara
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018