Aden (ANTARA News) - Perdana Menteri Yaman pada Rabu (7/2) mengajukan permintaan rekonsiliasi dengan pasukan separatis selatan setelah bentrokan mematikan bulan lalu yang membuat mereka menguasai hampir seluruh Aden, tempat pemerintahannya berbasis.

Upaya mediasi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah meyakinkan separatis untuk mengakhiri pengepungan istana kepresidenan dan menyerahkan tiga kamp militer ke pasukan pemerintah menurut sumber keamanan kepada AFP.

Namun, mereka tetap memegang kendali atas sisa-sisa kota terbesar kedua Yaman itu dan wilayah provinsi tetangganya.

Perdana Menteri Ahmed bin Dagher menyerukan penghentian pertikaian antara pihak-pihak yang bersaing, yang sebelumnya berperang bersama melawan pemberontak Syiah yang menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah utara.

"Misi hari ini adalah untuk menjembatani kesenjangan, menyembuhkan luka-luka dan meninggalkan eskalasi politik," kata Dagher pada pertemuan kabinet pertama sejak pertempuran tersebut.

"Berdasarkan arahan dari presiden, kami akan bekerja untuk rekonsiliasi sosial di Aden dan provinsi-provinsi tetangganya untuk membuka jalan bagi rekonsiliasi nasional yang komprehensif," katanya yang dikutip oleh media pemerintah.

Presiden Abedrabbo Mansour Hadi, yang berada dalam pengasingan di Arab Saudi, berjuang untuk menyatukan berbagai sekutu loyalis yang sangat mengandalkan kekuatan separatis selatan.

Yaman Selatan adalah negara merdeka sampai penyatuannya dengan utara pada 1990.

Bentrok tiga hari bulan lalu, yang menewaskan 38 orang dan melukai 222 orang, pecah setelah pasukan pemerintah berusaha mencegah demonstrasi untuk menyerukan restorasi.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab adalah penyumbang utama bagi koalisi militer yang mendukung pasukan Hadi melawan pemberontakan Houthi sejak 2015.(hs) 


Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018