Aden (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan keprihatinan mengenai 40.000 lebih pengungsi Yaman yang mencari perlindungan di kota terbesar kedua Aden namun malah terjebak dalam pertempuran mematikan antara pasukan rezim dan milisi separatis.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Rabu (31/1) menyatakan tidak dapat mendistribusikan bantuan karena pasukan separatis selatan yang menyerbu sebagian besar kota tersebut pada akhir pekan membuka sebuah fron baru dalam perang sipil tiga tahun yang menghancurkan Yaman.

"Distribusi bantuan darurat UNHCR dan penilaian kemanusiaan yang direncanakan pekan ini untuk pengungsi Yaman yang rentan sekarang ditunda dan kargo bantuan kemanusiaan UNHCR tetap berada di pelabuhan Aden dan tidak dapat dikeluarkan," kata lembaga itu di Twitter.

"Kami juga sangat prihatin dengan pengungsi baru di Aden yang mengungsi dari daerah lain di Yaman. Lebih dari 40.000 orang melarikan diri ke Aden dan gubernuran terdekat sejak Desember dan kami mengantisipasi lebih banyak pengungsi karena orang-orang terus melarikan diri dari wilayah berbahaya di pantai barat."

Kelompok separatis melancarkan serangan mereka di Aden pada Minggu dan dengan cepat mengepung pasukan Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi di istana kepresidenan.

Aden telah menjadi markas besar para menteri Hadi sejak 2015, ketika pemberontak Syiah menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah utara Yaman. Hadi sendiri mengasingkan diri di Arab Saudi, yang telah melakukan intervensi militer untuk mendukung pasukannya sejak 2015.

Badan amal internasional Save the Children pada Selasa menyatakan terpaksa harus menangguhkan pekerjaannya di Aden karena mengkhawatirkan keamanan stafnya.

Bahkan sebelum pertempuran terkini, Yaman sudah menghadapi krisis kemanusiaan paling buruk di dunia dengan sekitar 8,4 juta dari 22,2 juta penduduknya berisiko kelaparan menurut PBB. (hs) 

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018