Dia sudah tiba di rumah."
Riyadh (ANTARA News) - Hartawan Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal dibebaskan dari penahanan pada Sabtu (27/1), setelah lebih dari dua bulan ditahan di hotel oleh pihak Kerajaan Arab Saudi dengan tuduhan terkait korupsi, demikian keterangan keluarganya.

Pembebasannya terjadi beberapa jam setelah ia mengatakan kepada Reuters dalam wawancara di Hotel Ritz-Carlton, Riyadh, bahwa dirinya bersih dari perbuatan salah dan akan dibebaskan dalam beberapa hari lagi.

Belum diketahui jelas mengenai alasan pembebasannya, dan pihak berwenang Arab Saudi belum dapat dimintai tanggapan.

Tetapi, keputusan untuk membebaskannya, dan pembebasan beberapa hartawan terkenal lain mengesankan bagian utama penyelidikan korupsi membuat tenang, setelah membuat kaget di kalangan kelompok mapan di sektor bisnis dan politik di kerajaan itu.

"Dia sudah tiba di rumah," kata sumber di keluarga Pangeran Alwaleed kepada Reuters.

Pangeran Alwaleed dikurung di Ritz-Carlton sejak awal November 2017 bersama puluhan pejabat senior dan pengusaha lainnya, dan menjadi bagian dari rencana Putera Mahkota Mohammed bin Salman untuk mereformasi Arab Saudi sebagai adi daya minyak dan mengonsolidasikan kekuasaannya.

Pada awal pekan ini Kejaksaan Agung Arab Saudi mengatakan 90 orang yang ditahan dibebaskan setelah dakwaan terhadap mereka dibatalkan, sementara yang lainnya telah membayar uang tunai, real estat dan aset-aset lainnya bagi pembebasannya.

Pihak berwenang negeri itu masih menahan 95 orang, yang sebagian di antaranya akan diajukan ke pengadilan.

Pada Jumat (26/1) satu sumber resmi Arab Saudi mengatakan ke Reuters bahwa beberapa pengusaha terkenal telah mencapai penyelesaian finansial dengan pihak berwenang, termasuk Waleed al-Ibarahim, pemilik jejaring televisi regional MBC, yang dibebaskan.

Namun, banyak pihak belum memastikan alasan mengapa dia dibebaskan.

Pihak berwenang Arab Saudi mengatakan akan memperoleh dana 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk pemerintah melalui penyelesaian dengan cara tersebut, pemasukan bagi negara, yang keuangannya bermasalah akibat harga minyak dunia semakin rendah.

Pewarta: Administrator
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018