Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Minggu (14/1) mengecam kesepakatan perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyebutnya sebagai "tamparan di muka".

Abbas mengatakan kepada anggota Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang bertemu di Kota Ramallah di Tepi Barat Sungai Jordan selama dua hari, bahwa "kesepakatan abad ini" Trump adalah "tamparan di muka", dan menambahkan, "Kita akan balas menampar."

Dewan Pusat mengadakan pertemuan dua hari untuk menghasilkan keputusan strategis mengenai proses perdamaian, hubungan dengan Israel dan membahas keputusan Trump pada Desember untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Yerusalem dihilangkan dari meja oleh satu cuitan Trump," kata Abbas sebagaimana dikutip Xinhua, lalu menambahkan bahwa "status Yerusalem seperti Makkah. Tak ada yang lebih penting dari Yerusalem".

Palestina menganggap Yerusalem Timur, yang diduduki Israel selama Perang Arab-Israel tahun 1967, sebagai ibu kota negara merdeka masa depan mereka, sedangkan Israel mengumumkan Yerusalem yang utuh sebagai ibu kota abadi mereka.

"Kita katakan Tidak pada apa yang bertentangan dengan nasib kita, masa depan kita atau alasan kita atau rakyat kita ... Tidak dan ribuan Tidak dan sekarang kita katakan kepada Trump Tidak dan Tidak dan kita beritahu Trump 'kesepakatan abad ini' adalah 'tamparan abad ini'," kata Abbas.

Ia menekankan, "Palestina tidak akan meninggalkan atau membuat atau mengulangi kekeliruan pada masa lalu", menambahkan, "Ini adalah saat yang menentukan yang menyeru setiap orang Palestina segera bangkit untuk mempertahankan nasib ibu kota yang abadi."

Sementara itu, Abbas mengkritik Hamas dan Jihad Islam karena memboikot pertemuan Dewan Sentral PLO tersebut. Kedua kelompok gerilyawan Palestina itu menyatakan memutuskan untuk tidak bergabung dalam pertemuan tersebut karena tidak diselenggarakan di salah satu negara Arab.

"Sangat mengganggu saya bahwa saudara kita mengatakan pada saat terakhir bahwa mereka tidak akan hadir karena tempat pertemuan tidak layak. Di mana kah tempat di mata mereka untuk membuat keputusan yang menentukan secara bebas," Abbas mempertanyakan.

Ia juga mengatakan, "Saya mungkin tak menyalahkan Jihad Islam sebab mereka tak bergerak di politik, tapi apa yang mengganggu saya ialah saudara kita di Hamas."

Ketua Dewan Salim Za'noon sebelumnya mengatakan bahwa "Amerika Serikat bukan lagi penaja proses perdamaian setelah pengumumannya mengenai Yerusalem".

Ia menyatakan bahwa "gagasan apa pun yang disodorkan dengan nama "kesepakatan abad ini" harus ditolak. Itu berusaha memberlakukan penyelesaian yang serba kurang yang tak memenuhi batas minimal hak sah kita".

"Kita harus menegaskan kembali hak rakyat kita untuk melawan pendudukan dengan segala cara yang sah dan untuk menjadikannya berbiaya besar. Dewan Nasional Palestina (PNC) mesti dipandang sebagai Dewan Legislatif Palestina," ia menambahkan.(Uu.C003)



Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018