Jakarta (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan negerinya tidak akan pernah menoleransi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Yerusalem adalah garis merah kami. Setiap langkah melawan status bersejarah dan kesucian Yerusalem adalah tak bisa diterima," kata Erdogan sembari bersumpah bahwa negaranya akan menggalang dukungan internasional untuk pengakuan negara Palestina dan berusaha menggalang dukungan Uni Eropa.

Erdogan berbicara dalam lawatan ke Tunisia pada akhir tur empat harinya ke Afrika yang fokus kepada masalah ekonomi.

Dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, Erdogan juga menyebut Presiden Suriah Bashar Al-Assad sebagai "teroris yang terlibat dalam terorisme negara" dan oleh karena itu haram menjadi bagian dari masa depan Suriah pascaperang.

"Bagaimana kami bisa menyambut masa depan dengan seorang pemimpin Suriah yang telah membunuh sejuta orang warganya sendiri," kata Erdogan yang negerinya dibanjiri pengungsi Suriah selama perang berkecamuk di negara tetangganya itu.

Turki, Rusia dan Iran menjadi bagian sangat penting dalam upaya damai di Suriah pada tahun terakhir ini. Namun mereka berseberangan dalam pemihakan kepada pihak-pihak bersengketa di Suriah. Turki mendukung oposisi, sedangkan Rusia dan Iran mendukung Assad.



Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017