Yangon (ANTARA News) - Otoritas Myanmar menemukan 10 jenazah yang dikubur dalam satu kuburan massal di pinggiran sebuah desa di Negara Bagian Rakhine menurut warta surat kabar yang dikelola militer, Myawady, Selasa (19/12), sehari setelah militer menyatakan meluncurkan penyelidikan di tempat itu.

Sekitar 650.000 warga Muslim Rohingya melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar dan mencari perlindungan di negara tetangga Bangladesh, dalam beberapa bulan belakangan setelah penindakan keras pasukan keamanan Myanmar dalam menanggapi serangan gerilyawan.

Kelompok pemantau hak asasi manusia menuduh pasukan pemerintah melakukan kekejaman, termasuk pembunuhan, pemerkosaan massal dan pembakaran selama tindakan keras tersebut. Amerika Serikat mengatakan tindakan pasukan Myanmar itu adalah sebuah upaya "pembersihan etnis".

Militer Myanmar mengatakan bahwa hasil investigasi internal yang mereka lakukan membuktikan bahwa pasukan keamanan bebas dari segala tuduhan kejahatan.

Satu tim yang meliputi polisi, pemerintah setempat, hakim dan dokter telah memeriksa lokasi makam di Desa Inn Din, sekitar 50 kilometer sebelah utara ibu kota negara bagian Sittwe pada Selasa, dan menemukan 10 jasad orang tak dikenal menurut siaran Myawady.

"Kelompok tersebut melanjutkan proses penyelidikan guna menemukan kebenaran," kata laporan tersebut. Militer tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan lebih lanjut.

Penemuan sebuah kuburan massal di dekat pemakaman desa tersebut diumumkan dalam pernyataan di laman Facebook resmi kepala komando tentara pada Senin.

Desa tersebut berada di wilayah Maungdaw, salah satu daerah yang paling buruk terdampak kekerasan yang telah mendorong pejabat tinggi hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh pasukan keamanan Myanmar telah melakukan genosida terhadap Rohingya.

Pasukan bersenjata Myanmar melancarkan apa yang mereka sebut sebagai operasi pembersihan di Rakhine utara setelah gerilyawan Rohingya menyerang 30 pos polisi dan sebuah pangkalan militer pada 25 Agustus. Rakhine utara merupakan daerah di mana banyak warga Muslim minoritas tinggal tanpa memiliki kewarganegaraan.

Pemimpin masyarakat Myanmar, Aung San Suu Kyi, telah mendapat banyak kritik internasional karena dinilai gagal berbuat lebih banyak untuk melindungi warga Rohingya.

Pemerintah sipil, yang tidak memiliki kendali atas militer, menyatakan bahwa tentara mereka telah melakukan operasi melawan pemberontakan secara sah sesuai hukum. Mereka berjanji menyelidiki tuduhan kekerasan di Rakhine jika terdapat bukti, demikian menurut siaran kantor berita Reuters. (Uu.KR-AMQ)


Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017