Kunming, Yunnan  (ANTARA News) - Mantan Perdana Menteri Kyrgyzstan Djoomart Otorbaev mengatakan pengusaha Tiongkok harus memahami budaya lokal saat mereka ingin mengembangkan bisnis di negara lain.

Hal tersebut diungkapkan Djoomart Otorbaev dalam Forum Pengusaha Cina-ASEAN yang diselenggarakan di Kunming, Sabtu.

"Pengusaha Tiongkok harus sensitif terhadap kebudayaan dan tradisi lokal saat mereka ingin berekspansi ke luar negeri," ujar Djoomart.

Djoomart mengatakan "Belt and Road Initiative" (BRI) yang digagas Presiden Xi Jinping pada 2015 dapat memberikan manfaat kepada negara-negara berkembang dalam hal pembangunan.

Ide "Belt and Road Initiative" adalah membangun jalan, jalur kereta api dan pelabuhan yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika.

"Belt and Road Initiative" (BRI) akan menyediakan konektivitas krusial bagi negara-negara Asia Tengah seperti Kyrgyzstan dalam meningkatkan perekonomian dengan negara-negara lainnya.

Jalur ini akan mencakup wilayah darat dan maritim. Jalur darat mulai dari Cina melewati Eropa Timur lalu berakhir di Eropa Barat.

Sedangkan jalur maritim akan melewati Vietnam, Malaysia, Indonesia, India. Dari Asia Jalur tersebut akan melewati Afrika Timur yaitu menuju Kenya, Somalia dan melewati Teluk Aden, dan Laut Merah. Setelah itu, dari Afrika Timur akan berlanjut ke Afrika Utara melalui Terusan Suez dan menuju ke Italia.

Namun, lanjutnya, membangun infrastruktur di negara-negara di sepanjang jalur tersebut adalah merupakan hal yang tidak begitu sulit.

"Pendekatan lunak adalah aspek tersulit yang dibutuhkan dalam memastikan kesuksesan terlaksananya "Belt and Road Initiative" (BRI)," kata dia.

Pendekatan lunak tersebut meliputi interaksi antar masyarakat, penyesuaian budaya, pemahaman perbedaan terhadap budaya, bahasa serta sejarah sebuah negara.

Sementara itu, akademisi dari Vietnam Do Tien Sam mengatakan bahwa "Belt and Road Initiative" (BRI) harus dirasakan manfaatnya oleh semua orang.

"Ada banyak kelompok minoritas di negara-negara seperti Laos, Myanmar, serta Vietnam. Karena itu pentingnya untuk melindungi keberadaaan tradisi dan budaya mereka," kata dia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pengusaha Indonesia Asep Syaripudin. Syaripudin mengatakan bahwa pengusaha Tiongkok harus memahami budaya dan tradisi setempat.

"Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan kecurigaan dari masyarakat setempat," ujar Ketua Pengurus Wilayah Jawa Barat dari Himpunan Pengusaha Nahdliyin tersebut.

Pembina Lembaga Pengembangan Entrepreneur Nasional tersebut akan memanfaatkan Forum Pengusaha Cina dan ASEAN untuk mengenalkan kebudayaan dan tradisi Indonesia.

"Kita adalah merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman dalam hal bahasa, suku, maupun tradisi. Karena itu penting bagi pengusaha Tiongkok maupun lainnya untuk memahami budaya dan tradisi Indonesia," kata dia.

Forum Pengusaha Cina-ASEAN yang terselenggara kedua kalinya tersebut dihadiri oleh para pemimpin bisnis, akademisi, ahli, serta pejabat pemerintah baik dari Cina maupun negara-negara ASEAN.

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017