Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat menyeru semua pihak di Yaman kembali memberikan perhatian pada perundingan politik untuk mengakhiri perang saudara di negara tersebut, kata pejabat pemerintahan Trump, Senin.

Seruan itu disampaikan setelah mantan Presiden Ali Abdullah Saleh tewas dalam serangan di jalan,demikian seperti dilaporkan Reuters.

Pengamat mengatakan bahwa kematian Saleh menjadi dorongan besar moral bagi kelompok Houthi dukungan Iran, karena Saleh beralih pihak dengan meninggalkan Houthi untuk mendukung sekutu pimpinan Arab Saudi.

Pejabat Amerika Serikat itu, yang tidak mau diungkapkan namanya, menambahkan bahwa pernyataan Houthi pada Minggu bahwa mereka meluncurkan peluru kendali ke Abu Dhabi menunjukkan "betapa tidak stabil perang itu bagi wilayah tersebut dan bagaimana penguasa Iran memanfaatkan perang demi nafsu politiknya".

Pada Senin, stasiun televisi milik Arab Saudi, Al-Arabiya melaporkan bahwa mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh tewas dalam perang melawan petempur sekutu Iran, Houthi, di kota Sanaa.

Al-Arabiya mengutip keterangan sejumlah sumber dari Kongres Rakyat Umum, yang dipimpin Saleh. Sumber itu mengatakan bahwa mantan presiden itu, yang baru saja memutuskan memihak sekutu pimpinan Arab Saudi dalam perang Yaman, tewas oleh tembakan jarak jauh.

Sementara itu, video dari kelompok Houthi menunjukkan sesosok mayat, yang diduga jenazah Saleh.

Stasiun radio dikuasai pemerintahan Houthi adalah yang pertama melaporkan kematian Saleh. Namun, pada saat itu, Kongres Rakyat Umum membantah kabar tersebut, dengan menyatakan bahwa ia masih memimpin pasukan di Sanaa.

Pada Senin pagi, pasukan Houthi menghancurkan rumah Saleh di Sanaa, kata warga setempat.

Sementara itu, serangan dari udara dari koalisi internasional pimpinan Saudi, yang juga didukung oleh Amerika Serikat dan persenjataan negara-negara Barat, telah menewaskan ratusan warga sipil namun gagal mendapatkan kemajuan berarti dalam perang untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Abdurrabbu Mansour Hadi.

Pasukan Saleh, yang pada awalnya merupakan sekutu Houthi, terus terdesak oleh kelompok milisi tersebut pada hari keenam perang dalam kota yang menewaskan sedikitnya 125 orang dan melukai 238 lainnya, demikian data dari Komite Internasional Palang Merah.

PBB sendiri mendesak agar perang dihentikan sementara demi tujuan kemanusiaan pada jam 10.00 sampai 16.00 waktu setempat, agar para warga sipil bisa mencari perlindungan.

Koordinator humaniter PBB di Yaman, Jamie McGoldrick, mengatakan bahwa jalanan di Sanaa telah menjadi "medan pertempuran" dan para pekerja kemanusiaan "masih terkepung".

Penggabungan pasukan Saleh ke kubu Saudi sebenarnya diharapkan segera menyelesaikan perang "wayang" berkepanjangan Arab Saudi dengan Iran, yang memakan korban lebih dari 10.000 warga Yaman.

Pada Minggu lalu, Saleh secara resmi memutus hubungan dengan Houthi dan berjanji untuk memerangi mantan sekutunya itu.

Saleh, yang menguasai masyarakat suku bersenjata di Yaman selama 33 tahun sebelum mundur dalam gelombang Kebangkitan Arab pada 2011, sebelumnya adalah sekutu Houthi dalam memerangi pengikut presiden Hadi.

Di PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mendesak semua pihak berperang menghentikan serangan, baik udara maupun darat. Ia juga meminta penghentian impor ke negara tersebut dibuka karena jutaan anak-anak, perempuan, dan warga terancam kelaparan, penyakit, dan kematian.

(Uu.G003)


Pewarta: GNC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017