Seoul (ANTARA News) - Warga Korea Selatan (Korsel) turun ke jalan untuk menyeru Presiden Park Geun-hye mengundurkan diri pada Sabtu malam (31/12).

Dengan sekitar 1.500 kelompok sipil di belakangnya, aksi demonstrasi pada Malam Tahun Baru berlangsung di Lapangan Gwanghwamun, Seoul.

Penyelenggara memperkirakan sekitar 800.000 orang berkumpul untuk mengikuti aksi itu pukul 20.00 waktu setempat. Sementara polisi menyatakan sekitar 60.000 berkumpul pukul 21.00 waktu setempat.

Para pengunjuk rasa ingin Park, yang dimakzulkan karena skandal penyalahgunaan pengaruh dan korupsi yang melibatkan dia dan kawan lamanya Choi Soon-sil, mundur.

Mereka juga meminta Park menjalani pemeriksaan terkait dugaan bahwa dia membiarkan Choi ikut campur dalam urusan negara, termasuk dalam penunjukan pejabat tinggi pemerintah, dan mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi hubungan dekatnya dengan presiden.

Demonstrasi serupa juga berlangsung di kota-kota lain seperti Gwangju, Busan dan Ulsan.

Menyusul keputusan Dewan Nasional untuk melengserkan dia pada 9 Desember, semua kekuasaan Park ditangguhkan dan Perdana Menteri Hwang Kyo-ahn mengambil alih sebagai pelaksana tugas presiden.

Pengadilan Konstitusi akan menentukan apakah akan melengserkan Park atau mengembalikan kekuasaannya setelah melakukan tinjauan hukum.

Pengadilan, yang akan memulai sidang resmi pemakzulan pada 3 Januari, punya waktu sampai enam bulan dari hari pemungutan suara pemakzulan.

Dekat Balai Kota Seoul, hanya beberapa blok di selatan unjuk rasa anti-Park, para pendukung Park dan kelompok-kelompok sipil konservatif menggelar demonstrasi, menuntut pemakzulan Park dibatalkan.

Kalau unjuk rasa anti-Park ditandai dengan nyala lilin, dan timpalan mereka keluar dengan melambaikan bendera nasional Taegeukgi.

Para pendukung Park menyatakan bahwa aksi itu diikuti 725.000 orang, sementara polisi memperkirakan jumlah mereka sekitar 20.000 orang.

Polisi mengerahkan sekitar 18.400 petugas untuk mencegah kemungkinan terjadinya bentrok di antara dua kelompok yang berunjuk rasa menurut warta kantor berita Yonhap.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017