Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pariwisata dan KBRI Wellington kembali menyelenggarakan promosi "Wonderful Indonesia" di kota Auckland, Selandia Baru, yang jumlah wisatawannya ke Indonesia terus meningkat tiap tahun.

Siaran KBRI Wellington yang diterima Antara di Jakarta Selasa menyebutkan di kota terbesar di Selandia Baru iitu, kegiatan promosi pariwisata Indonesia pada 6-8 Mei 2016 diselenggarakan melalui acara dialog interaktif dengan agen wisata lokal dan para pewarta yang khusus meliput industri pariwisata serta promosi wisata langsung di Mal Saint Lukes Westfield, Mount Albert, Auckland.

Pada kesempatan ini, Kepala Bidang Strategi Pemasaran Pariwisata Asia Pasifik, Budihardjanti, menyampaikan paparan mengenai perkembangan pariwisata Indonesia.

Beberapa agen wisata yang hadir pada acara dialog interaktif sangat tertarik untuk memasarkan wisata Indonesia.

Pada kesempatan dialog interaktif dengan agen wisata dan jurnalis, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Jose Tavares, mendorong para agen wisata di Auckland untuk memperbanyak variasi paket wisata ke Indonesia yang ditawarkan kepada konsumennya.

"Wisata Indonesia bukan hanya Bali. Indonesia memiliki 10 destinasi wisata unggulan yang siap ditawarkan kepada wisatawan dari Selandia Baru," ujar Dubes Tavares.

Minat tinggi warga Selandia Baru juga terlihat dalam acara promosi pariwisata "Wonderful Indonesia". Kegiatan promosi tersebut dikunjungi oleh hampir 2.500 warga Selandia Baru yang berniat untuk bepergian ke daerah-daerah tujuan wisata favorit di Indonesia seperti Bali, Lombok, Pulau Komodo, Yogyakarta, Raja Ampat, dan Toraja.

Lantunan lagu Indonesia Pusaka terdengar merdu membuka kegiatan promosi pariwisata dan tarian Renggong Manis (Jakarta), Trunajaya (Bali), Pagelu (Sulawesi Selatan), Rampai Aceh (NAD), Legong Keraton (Bali ), Embas (Sumatera Utara), dan Gangereng nuhing (Kalimantan Tengah) yang ditampilkan selama dua hari tersebut, menyedot perhatian publik Selandia Baru.

Selain itu, para pengunjung Mal Saint Lukes dibuai oleh lagu-lagu daerah yang dimainkan dengan alat musik tradisional Sapek asal Kalimantan.
 

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016