Washington (ANTARA News) - Hakim Amerika Serikat pada Selasa (16/2) memerintahkan Apple Inc membantu Biro Penyelidikan Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) meretas telepon yang diambil dari salah satu pelaku penembakan San Bernardino.Apple harus memberikan "bantuan teknis layak" kepada penyelidik yang berusaha membuka data dalam iPhone 5C milik Syed Rizwan Farook, kata Hakim Sheri Pym dari Pengadilan Wilayah di los Angeles dalam putusannya.


Bantuan tersebut meliputi penonaktifkan fungsi penghapusan otomatis pada telepon genggam itu, yang menjadi aktif setelah sepuluh kali berturut-turut gagal memasukkan kode masuk serta mendampingi penyelidik memasukkan terkaan kode masuk secara elektronik.

Apple tidak segera merespons permintaan untuk memberikan tanggapan mengenai perintah tersebut.

Perusahaan punya waktu lima hari kerja untuk mempertimbangkan perintah tersebut jika meyakini kepatuhan akan memberatkan pihak mereka, Pym mengatakan.

Jaksa federal di Los Angeles pada Selasa meminta perintah pengadilan untuk memaksa Apple mendampingi penyelidikan penembakan yang dilakukan oleh Farook dan isterinya pada 2 Desember 2015 yang menewaskan 14 orang dan melukai 22 lagi. Keduanya tewas dalam baku tembak dengan aparat polisi.  

FBI menyelidiki kemungkinan komunikasi pasangan tersebut dengan kelompok bersenjata ISIS dan kelompok militan lainnya dan menangani kasus tersebut sebagai insiden terorisme domestik.

"Apple punya perangkat teknis eksklusif yang dapat membantu pemerintah menyelesaikan penyelidikannya, namun menolak memberikan bantuannya secara sukarela," kata jaksa.

Pejabat Amerika Serikat memperingatkan bahwa peluasan penggunaan sandi kuat menghambat keamanan nasional dan penyelidikan kejahatan.

Pakar teknologi dan pendukung privasi menyangkal memaksa perusahaan Amerika Serikat untuk melemahkan sandi mereka akan membuat data pribadi lebih rentan terhadap peretas, merongrong keamanan Internet dan memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan lain di luar negeri.

Dalam kasus serupa tahun lalu, Apple menyatakan kepada seorang hakim federal di New York bahwa "tidaklah mungkin" bagi perusahaan membuka perangkat mereka yang menggunakan sistem operasi iOS 8 atau lebih tinggi.

Telepon genggam milik Farook menggunakan sistem operasi iOS 9 menurut para jaksa.

Jaksa mengatakan Apple masih dapat membantu para penyelidik dengan menonaktifkan "pembatas non-enkripsi yang disematkan Apple dalam sistem operasinya."

Apple dan Google menerapkan sistem enkripsi kuat pada akhir 2014, di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai privasi digital yang sebagian dipicu oleh bocoran dari mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) Edward Snowden.

Pakar forensik Jonathan Zdziarski mengatakan pada Selasa bahwa Apple mungkin harus memberikan kode khusus untuk memenuhi perintah itu, memberikan pertanyaan baru kepada pengadilan tentang apakah pemerintah dapat memerintahkan perusahaan swasta untuk meretas peralatan mereka sendiri.

Zdziarski mengatakan bahwa karena penembakan San Bernardino itu diperiksa sebagai kasus terorisme, para penyelidik akan mampu bekerja dengan pihak NSA dan CIA untuk meretas telepon genggam itu.

Badan-badan intelijen Amerika Serikat kemungkinan mampu untuk menembus enkripsi iPhone tanpa keterlibatan pihak Apple, katanya seperti dilansir kantor berita Reuters. (Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016