Jakarta (ANTARA News) - Working memory pada anak punya hubungan kuat dengan prestasi akademik dan kemampuan membaca, menurut sebuah studi terbaru dari Universitas Luxembourg dan mitranya universitas asal  Brasil.

Penelitian tersebut menunjukkan, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, kemungkinan akan lebih mampu menyerap pelajaran jika diberi metode pengajaran yang mencegah penggunaan memori kerja terlalu banyak.  

Working memory
adalah memori untuk menyimpan informasi selama beberapa menit hingga beberapa jam.

Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in Psychology tersebut, para peneliti melibatkan 106 orang anak berusia enam hingga delapan tahun dari berbagai latar belakang sosial di Brasil.

Setengah dari para partisipan ini hidup di bawah garis kemiskinan.

Melalui studi ini, para peneliti berusaha mengidentifikasi keterampilan kognitif yang mendasari keberhasilan belajar.

Mereka lalu menguji IQ anak-anak yang menjadi partisipan studi itu.

Para peneliti juga melakukan tes yang disebut "fungsi eksekutif", yakni serangkaian proses kognitif yang digunakan untuk mengendalikan pemikiran dan tindakan, termasuk cara mengingat informasi, mengendalikan emosi, memperhatikan dan pergantian pikiran.

Hasil ini kemudian dibandingkan dengan pencapaian dalam membaca, mengeja, matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukkan, kemampuan memori kerja anak-anak --kemampuan mereka untuk menyimpan dan bekerja dengan informasi dalam otak -- memprediksikan keberhasilan dalam semua aspek pembelajaran, terlepas dari IQ.

Kemudian, kebanyakan anak yang diidentifikasi oleh guru-guru mereka sebagai "pembaca yang buruk" berjuang dengan memori kerja mereka.

"Kemampuan literasi yang buruk, prestasi akademik yang rendah dan hidup dalam kemiskinan menciptakan siklus saling menguatkan. Ada kesempatan untuk menghentikannya melalui identifikasi awal anak-anak yang mengalami masalah working memory dan membantu mereka memperoleh alat yang akan memungkinkan mereka untuk belajar," kata pemimpin studi, Dr. Pascale de Abreu Engel, seperti dilansir siaran publik Universitas Luxembourg.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014