Bangkok (ANTARA News) - Ribuan demonstran "Baju Merah" pro pemerintah Thailand membanjiri ibukota negeri ini Sabtu untuk menantang upaya-upaya dari demonstran oposisi yang akan memindahkan kekuasaan kepada rezim tak terpilih, seraya memperingatkan bahwa negara kerajaan ini bergerak ke arah perang saudara.

Pemberhentian Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan sembilan menteri oleh Mahkamah Konstitusi pekan ini telah mengantarkan kerajaan ini kepada krisis yang lebih dalam.

Sekitar 3.000 polisi dalam keadaan siaga untuk menghadapi demonstrasi pro pemerintah di pinggiran barat Bangkok yang diperkirakan memuncak malam ini.

Dengan membawa potret Yingluck, Baju Merah menyatakan akan terus menggelar demonstrasi selama mungkin untuk mempertahankan pemerintahan yang terluka.

"Baju Merah tidak bisa menerima penunjukkan yang tidak demokratis dan tidak konstitusional seorang perdana menteri," kata kepala demonstran Jatuporn Prompan, mengutuk seruan oposisi agar hakim, ketua Senat dan tokoh terkemuka lain memilih perdana menteri baru.

"Itu akan menjadi awal malapetaka bagi negeri ini yang akan mengantarkan kepada perang saudara," kata dia seperti dikutip AFP.

Sementara itu demonstran oposisi menggiatkan upayanya menyingkirkan sisa-sisa pemerintahan dengan memilih kepemimpinan tak terpilih lewat Pemilu untuk memimpin Thailand dan melancarkan reformasi melawan korupsi.

Gerakan seperti itu membuat marah para pendukung Yingluck dan Thaksin Shinawatra yang digulingkan para jenderal lewat kudeta 2006 sehingga mengantar negeri ini kepada krisis selama bertahun-tahun.

Pemberangusan oleh militer terhadap demonstran Baju Merah yang melawan pemerintah sebelumnya telah membuat lusinan orang tewas di pusat kota Bangkok pada 2010, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014