Solo (ANTARA News) - Seorang pasien wanita berinisial H umur 12 tahun yang dinyatakan suspect avian influenza (AI) atau flu burung Rabu malam pukul 21.00 WIB meninggal dunia di RSUD dr Moewardi Solo. Jenazah almarhum H sekarang dibawa pulang orang tuanya setelah ditangani secara "protokol sangat infeksius", Rabu malam, untuk dimakamkan di pemakaman umum di desa Karangkidul, Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Kamis, kata Direktur RSUD dr Moewardi, dr Mardiatmo, SpR, kepada wartawan di Solo, Kamis. Pasien H dirawat di RSUD dr Moewardi Solo mulai Selasa (28/2), setelah menerima pasien berinisial D asal Polanharjo, Klaten. Pasien berinisial H asal Karangkidul, Mojosongo, Kabupaten Boyolali itu mengalami gejala awal mirip penderita flu burung, dan adiknya yang mengalami serupa akhirnya juga meninggal dunia. Pasien tersebut masuk RSUD dr Moewardi Solo, Selasa (28/2) sekitar pukul 13.30 WIB, sebelumnya dirawat di RSUD Pandanaran, Boyolali tanpa ada perkembangan, kata Ketua Tim Medik Penanganan Penyakit Flu Burung RSUD dr Moewardi Solo Dr Reviono. Ia mengatakan, dari pengobatan terakhir H hanya bertahan sekitar 45 menit, setelah itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. "Saya setiap hari melakukan pemantauan termasuk pada detik-detik terakhir meninggalnya," kata Reviono dokter sepesialis paru. Dikatakan, status H sampai meninggal juga masih suspect AI dan adiknya berinisial N juga meninggal dengan gejala klinisnya sama. Mengenai pasien yang ditetapkan sebagai suspect flu burung. Pasien berinisial D itu berasal dari Glagahwangi, Polanharjo, Klaten kondisinya telah membaik dan sekarang telah dipindahkan keruang observasi. Kepala Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr Moewardi Solo dr Rorry Hartono,Sp F, mengatakan, penangananan jenazah pasien H dilakukan penanganan "protokol sangat infeksius", karena secara laboratorium belum ada kepastian, sehingga petugas penanganan jenazah perlu waspada. Ia mengatakan, penanganan jenazah pasien H petugas perlu pakaian khusus dan semuanya terlindungi dan pakaian tersebut sekali dipakai terus dibuang/dimusnahkan. "Jenazah H itu pertama dibungkus kain kafan khusus, terus dilapisi plastik, dibungkus kain kafan lagi terus dibungkus dengan plastik dan ini dilakukan sampai lima kali dan setelah itu baru dimasukkan dalam peti jenazah," katanya. Setelah semua dinyatakan aman baru diserahkan kepada pihak keluarga untuk dibawa pulang dimakamkan. "Jadi dalam pemakaman itu aman karena dalam memberikan kain kafan itu juga sesuai standar kesehatan yang ditetapkan WHO," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006