Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto mengatakan masyarakat perlu siaga terhadap ancaman gempa, karena Indonesia rawan gempa dengan cara membangun ruang berlindung atau ruang aman di rumah.

"Ruang aman ini bisa benar-benar ruangan seperti kamar tidur atau kamar mandi yang struktur bangunannya sudah diperkuat, sehingga tidak mudah runtuh ketika terjadi gempa," kata Eko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ruang aman itu juga bisa dengan menggunakan perabot seperti meja makan, meja belajar atau tempat tidur yang sudah diperkuat sambungan kaki-kakinya, sehingga dapat dipakai berlindung dari runtuhan bangunan jika terjadi gempa sewaktu-waktu.

Baca juga: Peneliti BRIN: Tiap rumah perlu ruang aman antisipasi ancaman gempa

Eko menuturkan masyarakat perlu memperhatikan hal yang berkaitan dengan aspek risiko bencana gempa bumi, khususnya terhadap bangunan.

Menurut dia, kualitas bangunan rumah dan gedung publik yang dimiliki masyarakat umumnya belum baik, sehingga sangat rentan terhadap guncangan gempa meskipun skalanya kecil.

Oleh karena itu, masyarakat perlu selalu siaga, misalnya dengan membuat ruang aman di rumah atau gedung-gedung publik yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung jika terjadi gempa.

Untuk masyarakat yang tinggal di pantai atau di dekat pantai, menurut Eko, perlu memahami tanda-tanda gempa yang mungkin memicu tsunami.

Tanda-tanda tersebut adalah jika ada guncangan gempa yang berlangsung lebih dari 30 detik, baik guncangannya kuat atau lemah, ada kemungkinan gempa itu berskala cukup besar yang mampu memicu tsunami.

Baca juga: LIPI: tingkatkan kesiapsiagaan-tata ruang untuk hindari korban gempa

Baca juga: BMKG: Banyaknya gempa susulan tidak mengarah ke gempa besar


"Jika hal ini dirasakan, segera lakukan evakuasi mandiri," ujarnya.

Ia mengatakan gempa bisa saja terjadi di malam hari dan guncangannya tidak cukup kuat. Untuk itu, masyarakat dapat menyiapkan alat peringatan dini sederhana.

Alat peringatan diri itu bisa berupa kaleng yang diisi kerikil yang dapat berbunyi secara berisik karena jatuh atau karena terguncang jika ada guncangan gempa.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022